SEMARANG – Feromon trap merupakan perangkap untuk mengendalikan hama khususnya lalat buah dengan cara memikat menggunakan aroma khas yang akan membuat lalat buah jatuh cinta.
Sebagai bagian dari program pengabdian masyarakat, Amira Alifia Yasmin mahasiswa KKN Tim II Universitas Diponegoro Fakultas Peternakan dan Pertanian Program Studi Agroekoteknologi, mengadakan pelatihan pembuatan feromon trap bagi ibu-ibu PKK dan masyarakat di Desa Kapungan, Polanharjo, Klaten, pada Sabtu, 3 Agustus 2024.
Pelatihan ini merupakan salah satu upaya tim KKN untuk mendukung masyarakat Desa Kapungan dalam mengadopsi teknologi pertanian ramah lingkungan. Kegiatan yang berlangsung di Balai Desa Kapungan ini dihadiri oleh ibu-ibu PKK dan masyarakat di desa tersebut.
Feromon trap, alat yang menggunakan zat kimia pemikat alami untuk menangkap hama, dipilih sebagai solusi pengendalian hama khususnya lalat buah yang aman dan efektif, terutama dalam mengurangi ketergantungan pada pestisida kimia yang sering kali merusak lingkungan dan kesehatan manusia.
Dalam pelatihan ini, Amira Alifia Yasmin mahasiswa KKN Tim II Universitas Diponegoro memberikan penjelasan tentang konsep dasar feromon trap, prinsip kerja, alat dan bahan, cara pembuatan serta keuntungan feromon trap. Dengan penyampaian yang mudah dipahami, para peserta diajak untuk lebih mengenal manfaat penggunaan teknologi ini dalam praktik sehari-hari.
Mahasiswa KKN Tim II Universitas Diponegoro di Desa Kapungan, Amira Alifia Yasmin, menjelaskan bahwa tujuan utama pelatihan ini adalah untuk memberikan solusi praktis yang dapat langsung diterapkan oleh masyarakat Desa Kapungan.
“Saya ingin masyarakat di Desa Kapungan dapat mengendalikan hama khususnya lalat buah dengan cara yang lebih ramah lingkungan, sehingga hasil panen di lahan pekarangan rumah mereka bisa lebih optimal tanpa merusak ekosistem,” ujar Amira Alifia Yasmin.
Pelatihan ini juga dilengkapi dengan sesi tanya jawab, di mana ibu-ibu PKK dan masyarakat Desa Kapungan bisa langsung berkonsultasi dengan mahasiswa mengenai masalah hama yang mereka hadapi di lahan pekarangan rumah.
Antusiasme peserta terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan, terutama terkait cara kerja dari feromon trap dan cara mendapatkan petrogenol yang digunakan.
Salah satu peserta, Ibu Sri Hidayati, menyatakan bahwa pelatihan ini sangat bermanfaat dan berharap teknologi feromon trap dapat segera diterapkan di lahan pekarangan rumah di desa mereka.
“Kami sangat terbantu dengan pelatihan ini karena dapat digunakan untuk mengendalikan lalat buah di pekarangan rumah yang ditanami buah-buahan sperti anggur. Harapannya, dengan penggunaan feromon trap, kami bisa mengurangi serangan lalat buah tanpa harus mengeluarkan biaya besar dan pastinya ramah lingkungan,” kata Sri Hidayati.
Sebagai penutup, Amira Alifia Yasmin mahasiswa KKN Tim II Universitas Diponegoro mengajak ibu-ibu PKK dan masyarakat Desa Kapungan untuk ikut serta dalam dokumentasi bersama.
Dengan berakhirnya pelatihan ini, diharapkan ibu-ibu PKK dan masyarakat di Desa Kapungan dapat semakin mandiri dalam mengelola lahan pekarangan rumah mereka secara berkelanjutan, sekaligus menjalin hubungan erat antara komunitas desa dan dunia akademis melalui program KKN ini.
Penulis: Amira Alifia Yasmin