JAKARTA – Materi globalisasi dan pengaruh perusahaan teknologi terhadap tenaga kerja menjadi penting dan relevan karena mereka memvisualisasikan transformasi ekonomi global yang sangat berarti.
Peningkatan globalisasi menyebabkan kesenjangan sosial semakin dalam di antara individu yang memiliki akses ke teknologi dan pekerjaan berkembang, sementara orang-orang yang tidak mendapat kesempatan terus dikucilkan dengan jarak yang semakin besar.
Dengan praktik-praktik kerja inovatif dan intensif teknologi mereka, perusahaan-perusahaan teknologi tidak hanya mempengaruhi kondisi kerja dan upah global, tetapi juga menciptakan pergeseran dalam dinamika hubungan industrial dan kekuatan politik.
Pentingnya memahami dampak material dan struktur kekuasaan di balik globalisasi ekonomi saat ini dapat ditekankan melalui analisis Marxis yang menyoroti eksploitasi tenaga kerja serta ketimpangan dalam distribusi kekayaan.
Dalam menganalisis globalisasi dan pengaruh perusahaan teknologi pada kelas pekerja, sudut pandang Marxis menitikberatkan pada kekritisan terhadap kapitalisme global yang dianggap sebagai sistem ekonomi yang memperoleh keuntungan dari penindasan tenaga kerja.
Analisis Marxis menekankan bahwa perusahaan teknologi, sebagai bagian dari struktur kapitalis, tidak hanya mengeksploitasi tenaga kerja untuk memaksimalkan keuntungan mereka tetapi juga berkontribusi terhadap meningkatnya kesenjangan ekonomi dan sosial antara pekerja dan pemilik modal.
Pemikiran Marxis juga melihat bahwa globalisasi memperkuat dominasi kapitalis dalam mengontrol produksi dan distribusi ekonomi tanpa mempertimbangkan kebutuhan dan keadilan sosial masyarakat secara menyeluruh.
Saat membicarakan konsekuensi perusahaan teknologi terhadap kelas pekerja, merujuk pada data dan statistik yang baru-baru ini dirilis oleh lembaga riset swadaya masyarakat atau instansi pemerintah seperti International Labour Organization (ILO), Pew Research Center, atau OECD merupakan hal yang penting.
Laporan-laporan ini mengilustrasikan bagaimana perusahaan-perusahaan teknologi berkontribusi tidak hanya pada lapangan kerja dan kondisi pekerjaan di seluruh dunia, tetapi juga menunjukkan pertumbuhan kesenjangan ekonomi yang semakin besar antara buruh dan pemilik modal.
Dengan menggabungkan pemahaman tentang globalisasi, teori Marxis, dan data empirik ini, kita dapat melakukan analisis yang lebih mendalam dan terinformasi terhadap perubahan struktural dalam hubungan ekonomi dan sosial.
Perusahaan teknologi besar seperti Amazon memiliki dampak yang signifikan pada kelas pekerja di seluruh dunia. Amazon, dengan model bisnisnya yang mengintegrasikan teknologi canggih dalam logistik dan layanan e-commerce, telah menciptakan jutaan lapangan kerja global, termasuk di pusat distribusi, pusat data, dan dalam pengembangan perangkat lunak.
Namun, kritik muncul terkait kondisi kerja di pusat distribusinya, di mana pekerja sering dilaporkan menghadapi tekanan untuk meningkatkan produktivitas dan sering kali dengan upah yang minim dibandingkan dengan standar biaya hidup lokal.
Ini mencerminkan dampak perusahaan teknologi terhadap kelas pekerja, di mana meskipun memberikan lapangan kerja, kondisi kerja dan perlindungan pekerja sering kali menjadi perdebatan dan fokus utama bagi para aktivis dan pemangku kepentingan.
Dari segi ekonomi, perkembangan globalisasi telah menghasilkan transformasi besar dalam susunan pekerjaan di seluruh dunia. Banyak perusahaan multinasional, terutama di sektor teknologi, sering menggunakan globalisasi sebagai peluang untuk mencari biaya tenaga kerja yang lebih murah dan meningkatkan efisiensi rantai pasok mereka secara global.
Dampaknya bisa berupa penurunan kepastian kerja, merosotnya tingkat upah secara relatif, serta meningkatnya jumlah kontrak kerja fleksibel yang tidak menjamin stabilitas. Walaupun sektor-sektor tertentu mengalami peningkatan lapangan kerja, kesenjangan antara pekerja terampil dan tidak terampil masih dapat memperdalam ketimpangan ekonomi yang lebih besar.
Secara sosial, cara orang bekerja dan hidup telah dipengaruhi oleh globalisasi. Teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah tidak hanya cara organisasi kerja, tetapi juga interaksi sosial di tempat kerja. Ini dapat menimbulkan tantangan baru, seperti isolasi pekerja dan perubahan budaya di dalam lingkungan kerja global yang beragam.
Sosialisasi ekonomi global juga mungkin memperparah kesenjangan sosial dalam masyarakat, oleh karena itu menekan kelompok yang kurang terlindungi seperti pekerja migran atau mereka yang berada di sektor ekonomi informal.
Dalam hal politik, globalisasi telah mengalihkan kekuatan politik dari tingkat nasional ke skala internasional dan korporat. Pengaruh yang signifikan dalam pembuatan kebijakan ekonomi global dan nasional seringkali dipegang oleh perusahaan multinasional, terkadang melewati batas kendali pemerintah negara.
Ini dapat mereduksi kapasitas negara untuk melindungi hak-hak pekerja atau menerapkan regulasi yang adil terhadap kondisi kerja. Sebaliknya, globalisasi telah memfasilitasi pertumbuhan partisipasi lebih banyak gerakan sosial dan pekerja internasional dalam berjuang untuk meningkatkan hak-hak tenaga kerja secara global.
Perusahaan teknologi memiliki peran yang kuat dalam mengubah struktur ekonomi global dan kondisi pekerja. Mereka tidak hanya memimpin dalam mendorong ekonomi digital melalui inovasi produk dan layanan, tetapi juga memanfaatkan globalisasi untuk mengoptimalkan produksi dan rantai pasok mereka, sering kali dengan dampak yang kompleks terhadap ketimpangan ekonomi dan kondisi kerja di berbagai negara.
Dominasi pasar yang mereka miliki dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi juga berdampak pada aturan main dalam pasar digital global, mempengaruhi kompetisi dan inovasi serta menciptakan tantangan baru bagi pekerja dalam hal persaingan kerja dan keamanan pekerjaan.
Oleh karena itu, analisis menyeluruh terhadap dampak perusahaan teknologi diperlukan untuk memahami dinamika ekonomi global saat ini dan implikasinya terhadap kelas pekerja di seluruh dunia.
Referensi
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20240612114530-92-1108906/15-ribu-kurir-gugat-amazon-gara-gara-belum-bayar-upah-dan-uang-lembur
Farhan Idhar
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA