BANTEN – Siap tidak siap kehidupan saat ini terus dihadapkan dengan kemajuan globalisasi, sehingga saat ini bukan hanya harus bisa menguasai kecanggihan teknologi tapi harus bisa mengendalikan diri agar tidak terlena dengan sisi negatif kehidupan modern.
Begitupun kehidupan remaja sekarang ini berada ditengah maraknya jejaring sosial dan disetiap aktivitasnya selalu berdampingan dengan media sosial. Dalam era globalisasi dan digitalisasi sekarang ini kehidupan tidak hanya berkembang dalam ranah teknologi, tetapi juga membawa perubahan dalam perilaku sosial di kalangan remaja.
Media sosial memberikan panggung bagi remaja untuk menampilkan diri mereka dalam mendapatkan perhatian dan popularitas. Namun sayangnya, hampir banyak ditemukan dari mereka yang merasa “keren” adalah mereka yang menunjukkan perilaku di luar batas norma dan etika yang berlaku.
Pergaulan bebas, konsumsi alkohol, seks bebas, bullying, dan bahkan LGBT dipromosikan di media sosialnya sebagai “kekinian dan keren”. Trend konten konten di media sosial adalah salah satu contoh yang mencolok, di mana perilaku-perilaku meresahkan dipromosikan dan disebarluaskan ke publik sebagai sesuatu asupan yang layak dibanggakan.
Dan tak sedikit juga pengguna media sosial lainnya memanfaatkan kesempatan berpotensi finansial dalam konten yang kontroversial tersebut. Mereka tidak segan-segan mengundang bintang tamu yang terlibat dalam kenakalan remaja demi mencari jumlah penonton yang banyak dan keuntungan finansial.
Hal ini menciptakan kondisi di mana perilaku negatif dianggap sebagai sesuatu yang biasa dan bahkan dipuja-puja. Kegiatan yang seharusnya dianggap sebagai pelanggaran hukum, norma dan etika, kini dianggap sebagai sesuatu yang lumrah di kalangan remaja.
Dengan adanya penayangan yang besar terhadap perilaku-perilaku ini di media sosial, remaja cenderung merasa bahwa hal tersebut adalah hal yang wajar dan dapat diterima. Hal ini membawa dampak serius dalam pembentukan karakter dan nilai-nilai moral mereka dan juga generasi selanjutnya.
Realitasnya, kenakalan remaja telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern. Namun, normalisasi perilaku negatif di kalangan remaja merupakan bahaya yang nyata bagi masa depan mereka.
Penting bagi kita semua, terutama orang terdekat dan pihak yang berwenang, untuk mengambil tindakan tegas dalam menghadapi tren ini. Kita harus membentuk lingkungan yang mendukung untuk pertumbuhan dan perkembangan remaja yang sehat, dengan menekankan nilai-nilai positif dan memberikan pemahaman yang jelas tentang batasan-batasan yang harus dibentuk.
Sehingga kita dapat mengubah menormalisasikan kenakalan remaja menuju pembentukan generasi yang lebih tangguh, sehat dan bertanggung jawab.
Karena sampai kapanpun seharusnya kenakalan remaja seperti itu tidak bisa di normalisasikan. Sebagai remaja seharusnya dapat mengendalikan diri sendiri untuk mempunyai set boundaries terhadap hal-hal yang dapat merugikan diri sendiri bahkan orang lain.
Tidak melarang untuk bergaul dan mempunyai banyak teman bukan berarti mengikuti arus kebebasan yang berdampak pada kerugian diri sendiri.
Rima Marlina
Mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa