BOGOR – Seorang komedian yaitu Alfiansyah Komeng telah viral kembali namanya setelah memenangkan suara DPD RI dapil Jabar tanpa kampanye. Fenomena tersebut sangat mengejutkan masyarakat.
Peristiwa kemenangan suara yang diraih oleh komedian ini merupakan salah satu bagian dari keberhasilan penerapan strategi komunikasi politik. Dalam artikel ini, kita akan gali lebih dalam mengenai salah satu konsep komunikasi politik, pengaruh branding diri dalam dunia politik.
Pengenalan Singkat Komunikasi Politik dan Branding Diri serta Pengaruhnya dalam Berpolitik
Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari komunikator ke komunikan sedangkan politik merupakan usaha-usaha mencapai kehidupan yang terpenuhi keinginan dan kebutuhannya.
Kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi politik merupakan suatu proses penyampaian pesan yang memiliki tujuan relevan untuk kegiatan berpolitik. Branding diri juga salah satu bagian dari komunikasi politik yang tujuannya memengaruhi dan meyakinkan seseorang untuk menjadi “something” yang sebelumnya “nothing” dalam panggung politik.
Branding diri dalam politik adalah sebuah keperluan dasar untuk sebuah partai maupun kandidat. Dengan memahami serta menerapkan konsep branding diri dalam berpolitik sebuah partai dan seorang kandidat dapat mengantarkan sebuah pesan efektif yang dapat memperkenalkan hingga mempromosikan diri mereka ke masyarakat dengan baik.
Hal ini tercapai karena dalam branding diri ada dibangunya citra atau image. Citra bagus seseorang atau suatu partai sangatlah penting karena citra merupakan penilaian utama masyarakat dalam memilih.
Oleh karena itu, penting sekali membangun branding diri dalam berpolitik. Dengan terbangunya branding diri yang baik dapat memunculkan awareness atau kesadaran masyarakat terhadap kehadiran suatu kandidat dan partai, semakin terbangunnya awareness ini akan menjadi suatu keuntungan bagi kandidat dan partai karena dengan awareness yang tinggi, masyarakat dapat memilih kandidat dan partai tanpa pikir panjang.
Penerapan Privilege Branding Diri dalam Berpolitik dan Dampaknya dalam Masyarakat dalam Viralnya Komeng Memenangkan Suara DPD Jawa Barat
Dalam mencalonkan dirinya sebagai kandidat DPD dapil Jabar, Komeng berhasil memanfaatkan sebuah privilege branding diri yang sudah terbangun. Dengan memanfaatkan branding dirinya yang unik dan daya tarik sebagai komedian itu telah sukseskan Komeng dalam mendapatkan awareness dalam masyarakat.
Komeng sedari lama telah menjadi top of mind di masyarakat. Komedian ini sudah sering tampil di media-media dan masyarakat sendiri telah mengetahui citra diri dari komedian ini.
Masyarakat yang telah memiliki kesadaran tinggi akan suatu kandidat akan memilih kandidat tersebut tanpa berpikir panjang. Hal ini terjadi karena masyarakat telah menilai baik dan percaya oleh karena itu secara tidak langsung branding diri ini sangatlah penting dalam menarik simpati masyarakat untuk memilih suatu kandidat sama seperti studi kasus kemenangan komedian Komeng pada pemilu DPD RI dapil Jawa Barat tahun ini.
Strategi branding yang dilakukan oleh Komeng ini sebenarnya sudah dilakukan oleh beberapa partai di Indonesia salah satunya Partai Amanat Nasional (PAN) pada tahun yang sama. Dengan menjadikan beberapa artis sebagai figur yang dapat menarik perhatian masyarakat.
PAN menjadikan artis-artis tersebut sebagai kandidat legislatif dengan tujuan untuk memperoleh suara dari masyarakat karena masyarakat telah aware terhadap branding mereka. Kesuksesan strategi ini sangat terlihat pada kemenangan Alfiansyah Komeng karena tanpa kampanye yang besar dan pemasangan baliho-baliho, Komeng mampu memenangkan suara di DPD Jabar.
Kekurangan dari Pemilihan Kandidat dari Tinggi Awarness dengan Kinerja Sebaliknya
Terpilihnya Komeng ini memang sangat viral saat ini di masyarakat. Namun, kembali lagi pilihlah kandidat yang memiliki kinerja yang jelas. Bukan merendahkan dari pihak Komeng, karena Komeng sendiri memiliki sebuah visi dan misi yang jelas yaitu ingin memperjuangkan aspirasi para seniman lewat Hari Komedi dan Seni Budaya.
Komeng sendiri ingin membangkitkan bidang tersebut karena telah melihat contoh negara yang berhasil menaikkan pendapatannya dengan bidang tersebut, yaitu Korea Selatan. Perlu diingat kembali, dalam memilih kandidat popularitas dan citra yang kuat bukan satu-satunya dilihat, perlu sekali masyarakat menilai dari track record-nya.
Perlu sekali untuk masyrakat mengenali lebih dalam cara mereka memimpin dan menghadapi masalah. Hal ini diperlukan agar nantinya kinerja yang dilakukan akan baik dan mensejahterakan masyarakat karena yang diurus nantinya adalah tugas negara bukanlah suatu hal yang dapat disepelekan.
Oleh karena itu, perlu sekali masyarakat mempertimbangkan visi dan misi serta kinerja dari kandidat yang dipilih.
Membranding diri dalam berpolitik bukan hanya merupakan saluran paling hebat untuk memenangkan suara, tetapi juga sebuah keharusan. Penerapan konsep komunikasi politik dan branding diri yang tepat dapat menciptakan citra yang positif dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap seorang kandidat.
Namun, dalam memilih, penting untuk melibatkan aspek kinerja dan rekam jejak untuk memastikan bahwa pemimpin yang terpilih benar-benar mampu memberikan kontribusi positif dan mensejahterakan masyarakat.
Sophie Fathima (J0401221332)
Mahasiswa Komunikasi SV IPB
Referensi:
-https://www.dpr.go.id/berita/detail/id/11659
Sastrawati, N., 2017. Personal Branding dan Kekuasaan Politik di Kabupaten Luwu Utara. Al Daulah: Jurnal Hukum Pidana dan Ketatanegaraan, 6(2), pp.276-287.
-https://pasla.jambiprov.go.id/political-branding-pengertian-dan-manfaatnya/#Pengertian_Political_Branding.
-https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20240216134505-33-515054/alasan-
komeng-tidak-kampanye-meski-jadi-caleg-dpd-ri
-Maulana, M.F.A., Anggara, S.D. and Silitonga, A., 2024. STRATEGI KAMPANYE PARTAI AMANAT NASIONAL (PAN) DALAM PEMILIHAN ANGGOTA LEGISLATIF
2024. Kultura: Jurnal Ilmu Hukum, Sosial, dan Humaniora, 2(1), pp.335-342.