MALANG – Kelompok 82 gelombang 9 Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) Bhaktiku Negeri dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), merancang kegiatan Psikoedukasi dengan tema “Pentingnya Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Usia Pra-Sekolah”.
Kelompok 82 mendapat bimbingan dari Susanti Prasetyaningrum, S.Psi.,M.Psi.,Psikolog, selaku Dosen Pembimbing Lapang (DPL). Adapun anggota kelompok terdiri atas Rifan Alamsyah, Putri Hayuning Tyas, Nurfitria Oktarini, dan Muhammad Elang R.
Psikoedukasi dilaksanakan bersama dengan kader posyandu dan para bunda di Taman Posyandu Bougenvile, Jl. Pemandian Gg. III No. 3 Kelurahan Bandar Lor, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, Provinsi Jawa Timur. Psikoedukai dilaksanakan pada Sabtu, 20 Januari 2024 dan difasilitasi oleh mahasiswa PMM dengan mendatangkan pemateri Psikolog Klinis.
Para bunda yang hadir membawa anak mereka untuk ikut dalam kegiatan psikoedukasi kali ini. Tujuan Psikoedukasi adalah untuk memperkenalkan perkembangan manusia khusunya anak-anak dalam pandangan psikologi dan diskusi bersama kader posyandu dan para bunda mengenai pentingnya perkembangan motorik halus pada anak pra-sekolah.
Motorik halus sendiri adalah koordinasi halus pada otot-otot kecil yang melibatkan koordinasi mata dan tangan.
Melihat bahwa orang tua lebih fokus pada motorik kasar anak seperti berjalan, berdiri, dan melompat selain itu mengingat masa anak-anak menjadi masa penting karena memerlukan kepercayaan dan perhatian secara sempurna dari orang tua.
Maka, salah satu upaya yang dilaksanakan adalah dengan Psikoedukasi yang mengajak warga Kelurahan Bandar Lor terutama orang tua untuk memberi perhatian lebih dalam memperhatikan perkembangan motorik halus yang menjadi bagian penting dalam tumbuh kembang anak, terutama pada koordinasi gerak antara jari-jari tangan dengan mata.
Materi yang dibahas pada psikoedukasi kali ini terlihat menarik perhatian para bunda. Poin penjelasan dari pemateri adalah pentingnya menstimulasi motorik halus anak untuk kebaikan perkembangan anak ke depannya.
Selama penjelasan materi, bunda-bunda memperhatikan dengan baik dan pada sesi tanya jawab banyak pertanyaan menarik yang disampaikan. Bunda-bunda ikut berdiskusi dengan pemateri mengenai tumbuh kembang anak mereka, bunda juga menanyakan cara parenting atau pola asuh yang baik untuk anak mereka.
Pada sesi diskusi selanjutnya juga menceritakan bahwa bunda-bunda sudah mengajarkan anaknya untuk menghormati orang lain, tidak bersikap kasar, serta tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan.
Bunda mengajarkan hal tersebut berdasarkan pengalaman ketika berinteraksi dengan orang lain. Dari sini terlihat bahwa bunda-bunda dan kader posyandu sudah mulai sadar akan pola pengasuhan anak dan pentingnya pemberian perhatian yang lebih terhadap perkembangan motorik anak mereka.
Rifan Alamsyah
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)