Keberadaan Kampoeng Thengul sebagai Bagian dari Pelestarian Wayang Thengul Khas Margomulyo

Kampoeng-Thengul
. (foto: dok. pribadi)

JAWA TIMUR – Kampoeng Thengul di Bojonegoro menjadi kawasan untuk pelestarian Wayang Thengul. Kampoeng Thengul ini terletak di Desa Sumberejo, tepatnya pada Dusun Kedung Krambil.

Lahirnya Kampoeng Thengul ini berasal dari keberadaan kesenian Wayang Thengul yang semakin menipisnya keberadaan dalang atau ahli didalamnya. Hal ini menjadikan tekad untuk melestarikan kesenian wayang khas Margomulyo tersebut.

Wayang Thengul merupakan kesenian khas Margomulyo Kabupaten Bojonegoro. Wayang Thengul yang keberadaannya masih dipertahankan dan hanya tinggal beberapa saja dalang atau ahli dalam kesenian tersebut.

Kampoeng Thengul ini berdiri pada awal tahun 2022, dengan tujuan dalam melestarikan kesenian Wayang Thengul itu sendiri.

“Pembentukan Kampoeng Thengul ini disertai keinginan kelompok masyarakat untuk mengembangkan sekaligus melestarikan keseninan Wayang Thengul, dan keberadaan dalang maupun ahli dalam kesenian ini semakin minim,” kata Wintari selaku pendiri Kampoeng Thengul.

Terhitung hingga detik ini, sudah banyak event maupun acara besar yang melibatkan Keseninan Wayang Thengul ini. Kegiatan promosi pun digencarkan melalui sosial media untuk menarik wisatawan dan hal ini masih dikontrol langsung oleh pendirinya, yaitu Wintari.

Dikatakan bahwa untuk saat ini, Kampoeng Thengul masih dalam pengembangan terhadap kegiatan wisatanya. Pada tahun kemarin, pengelola telah dapat mengadakan baik event, workshop maupun kunjungan ke sekolah-sekolah sekitar wilayah Margomulyo.

Baca juga:   Manfaat Kulit Salak yang Terbuang Sia-Sia Jadi Teh Kaya Khasiat!

Ini sebagai titik awal untuk meningkatkan branding Kampoeng Thengul itu sendiri. Kegiatan-kegiatan tersebut telah disebarkan melalui media sosial Kampoeng Thengul, sehingga menambah poin penting dalam pengembangan selanjutnya.

Salah satu kegiatannya yaitu workshop kreatif yang diadakan di sekolah-sekolah. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan siswa/siswi terkait budaya Wayang Thengul itu sendiri.

Selain itu, para siswa juga mendapatkan buah tangan sebagai apresiasi peserta terhadap kegiatan workshop tersebut. Buah tangan ini berupa gantungan kunci dari kayu yang bergambarkan tokoh Wayang Thengul.

Diketahui bahwa pada kegiatan workshop tersebut, siswa/siswi ini akan dijelaskan apa itu Wayang Thengul dan bagaimana keberadaannya saat ini. Untuk meningkatkan keingintahuan siswa/siswi tersebut, diberilah buah tangan ini. Buah tangan ini berupa gantungan kunci yang terbuat dari kayu.

Selanjutnya, pada media kayu terbentuk wajah tokoh wayang yang digambar langsung oleh Sumarno (Dalang Wayang Thengul). Selanjutnya, siswa/siswi ini mewarnai sesuai dengan kreasi masing-masing anak.

Dengan kegiatan seperti ini, diharapkan siswa/siswi tersebut akan antusias dengan kesenian wayang, terlebih pada Wayang Thengul itu sendiri.

Baca juga:   Tim Teknologi Pangan UPN "Veteran" Lakukan Penyuluhan Pengembangan Potensi Mangrove sebagai Produk Komersial

Di sisi lain, dikatakan oleh Wintari, jika Desa Sumberejo ini memiliki potensi yang tepat. Potensi yang tepat ini dimaksudkan untuk akses yang begitu mudah, yaitu berada di pinggir jalan utama.

“Bersyukur pada wilayah Sumberejo diberi kelebihan dari segi aksesibilitasnya, yaitu berada di pinggir jalan utama antar kabupaten maupun provinsi,” ujar Wintari. Maka dari itu, pengelola gigih dalam mengembangkan dan mempromosikan Kampoeng Thengul tersebut.

Promosi Kampoeng Thengul telah menjangkau media sosial seperti Instagram, dan berbagai macam kegiatan secara rutin telah diunggah oleh pengelola. Hal ini menjadi poin tambahan yang berguna bagi wisatawan untuk mengetahui bagaimana dan apa saja kegiatan yang terjadi di sana.

Pemerintah daerah pun telah mengunjungi Kampoeng Thengul, sehingga diharapkan dapat menambah nilai jual melalui pengakuan keberadaannya dan menarik wisatawan sebanyak mungkin. Pelestarian akan terus berjalan melalui kerja sama yang kompak, baik oleh pengelola, masyarakat sekitar, maupun penikmat budaya yaitu wisatawan itu sendiri.

Ihda Anisa Alifia
Mahasiswa UPN “Veteran” Jawa Timur

TINGGALKAN KOMENTAR

Masukkan komentar Anda!
Masukkan nama Anda disini