Mengenal Stadium Kanker Kelenjar Getah Bening dan Terapi yang Bisa Dilakukan

Kanker-Kelenjar-Getah-Bening

harianpijar.com, JAKARTA – Di sekujur tubuh kita terdapat kelenjar getah bening, karenanya kita harus mewaspadainya jika ada gangguan pada kelenjar tersebut karena bisa berbahaya apabila menjadi gejala kanker.

Kanker kelenjar getah bening termasuk ke dalam jenis kanker yang ganas yang menyerang sistem limfatik atau pertahanan tubuh.

Secara garis besar, kanker kelenjar getah bening dapat dibedakan menjadi 2 tipe yaitu Limfoma Non Hodgkin dan Limfoma Hodgkin. Di mana, Limfoma Non Hodgkin merupakan keganasan darah yang paling sering mengenai usia dewasa.

Dilansir dari laman primayahospital, Diah Ari Safitri, SpPD-KHOM, FINASIM selaku Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Hematologi Onkologi Medik dari Primaya Hospital Tangerang, menjelaskan bahwa pada kanker darah, umumnya gejala yang sering timbul adalah lemas karena anemia, perdarahan karena jumlah trombosit rendah, atau infeksi karena sel darah putih yang kurang.

Namun, pada limfoma seringkali keluhan awal yang timbul adalah benjolah pada daerah kelenjar getah bening yang tidak nyeri. “Kelenjar getah bening berada di seluruh tubuh kita dan bergabung dalam sistem limfatik bersama dengan tonsil, limpa dan timus,” katanya.

Stadium kanker kelenjar getah bening

Limfoma ini tentang sel limfosit yang berada pada limfatik, dengan diagnosis yang dipengaruhi oleh keterlibatan jenis sel limfosit. Di mana pada Limfoma Hodgkin, terdapat sel Reed-Sternberg yang tidak ditemukan pada limfoma tipe yang lain.

Baca juga:   Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Raji'un, Telah Wafat Abi Kami Ustaz Arifin Ilham

“Penentuan tipe limfoma yang tepat sangatlah penting karena berkaitan dengan pilihan terapi yang akan diberikan. Ahli patologi dapat membedakan jenis limfoma berdasarkan pemeriksaan biopsi jaringan,” ujar Dokter Diah Ari Safitri.

Menurut Dokter Diah Ari Safitri, stadium Limfoma ini dibagi menjadi 4, yakni:

– Stadium I apabila hanya mengenai 1 area kelenjar getah bening.

– Stadium II apabila mengenai 2 atau lebih area kelenjar getah bening pada sisi diafragma yang sama.

– Stadium III apabila kanker terdapat pada kelenjar getah bening pada kedua sisi diafragma.

– Stadium IV apabila kanker telah menyebar ke seluruh tubuh dan mengenai organ di luar kelenjar getah bening (hati, tulang, paru).

Adakah terapi kanker kelenjar getah bening?

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Hematologi Onkologi Medik dari Primaya Hospital Tangerang, dr. Diah Ari Safitri, SpPD-KHOM, FINASIM menyatakan bahwa terapi kanker atau pilihan pengobatan limfoma ditentukan berdasarkan faktor dari penyakit, penderita dan ketersediaan obat.

“Yang termasuk faktor penyakit misalnya adalah jenis dan subtipe limfoma, serta stadium limfoma. Faktor penderita meliputi umur, penyakit penyerta lain pada pasien misal jantung, diabetes, serta kondisi penderita secara umum. Sedangkan faktor terakhir adalah ketersediaan obat,” jelasnya.

Terapi pada limfoma ini bisa meliputi pengobatan tunggal atau kombinasi dengan radioterapi, kemoterapi, dan imunoterapi. Kemoterapi pada kanker kelenjar getah bening adalah salah satu terapi utama pada pengobatan Limfoma Hodgkin maupun Non Hodgkin. Kemoterapi adalah pengobatan sistemik. Obat yang dimasukkan ke tubuh ini kemudian akan masuk ke aliran darah dan beredar ke seluruh tubuh.

Baca juga:   Kerabat: Ustaz Arifin Ilham Selalu Gembira, Tak Pernah Perlihatkan Sakit

“Tujuan dari pemberian kemoterapi pada kanker kelenjar getah bening adalah untuk menghentikan atau menghambat pertumbuhan sel kanker,” ucapnya.

Efek samping kemoterapi bisa mengenai seluruh tubuh, dan tergantung dari dosis serta jenis obat yang digunakan. Biasanya, kemoterapi dilakukan dengan mengikuti suatu siklus.

Contohnya pada Limfoma Non Hodgkin, kemoterapi dilakukan setiap 21 hari dan diulang sebanyak 6 kali. Evaluasi kemoterapi untuk menilai keberhasilan pengobatan bisa dilakukan di tengah dan di akhir program.

Sebelum dilakukan kemoterapi, Dokter Diah Ari Safitri mengungkapkan biasanya penderita akan dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan bahwa kondisi penderita cukup siap dalam melakukan kemoterapi.

“Setelah kemoterapi, penderita juga akan diminta datang kembali untuk melakukan pengecekan dan pengendalian efek samping kemoterapi yang timbul,” kata Dokter Diah Ari Safitri.

Beberapa efek samping bisa dicegah dengan pemberian obat-obatan sebelum kemoterapi dilakukan. Walaupun demikian, masih dapat timbul efek samping lain setelah dilakukannya kemoterapi. (seo)

TINGGALKAN KOMENTAR

Masukkan komentar Anda!
Masukkan nama Anda disini