MAKASSAR – Selama ini kita telah berhadapan dengan pandemi virus Corona atau Covid-19 yang telah dinyatakan sebagai pandemi global oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 11 Maret 2020 lalu.
Dengan adanya pandemi ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan surat edaran yang berisi perintah bagi seluruh instansi pendidikan untuk menunda pembelajaran secara tatap muka, dan menggantinya dengan metode video conference atau kuliah online sejak Maret 2020 lalu.
Di sisi lain, pandemi tidak hanya meningkatkan resiko gangguan kesehatan akibat penularan virus Corona. Efek pandemi pada kesehatan mental juga jadi pehatian WHO.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh National College Health Assessment di tahun 2014, sebanyak 33 persen mahasiswa yang menjalani survei mengalami depresi selama kurang lebih setahun belakangan.
Di Indonesia sendiri saat ini diperkirakan terdapat sekitar 15,6 juta penduduk yang mengalami depresi. Angka ini terus meningkat dan menempatkan depresi menjadi penyakit dengan kasus kedua tertinggi setelah penyakit jantung.
Seorang mahasiswa Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Jurusan Jurnalistik, Intannia Annisa Gita, mengaku tidak mau mengalami kesulitan ketika menuntut ilmu atau belajar.
“Jika dilihat dari faktanya otomatis orang yang depresi tercatat makin naik, namun yang membuat mahasiswa memiliki masalah gangguan mental itu pasti banyak faktornya, bisa saja masalah pribadi atau bisa saja tertekan dengan tugas-tugas yang diberikan. Tapi kalau saya sendiri tidak ingin stres hanya karena sebuah gelar, saya kuliah mau belajar,” kata Intannia Annisa Gita.
Intannnia Annisa Gita juga mengaku pernah merasa tertekan saat kuliah daring. Tapi untungnya dia bisa menemukan metode untuk mengatasinya.
“Kalau tugas membuat saya stres, biasanya saya atasi dengan healing dulu. Panggil teman-teman yang kondisinya sama jadi bisa healing bareng,” tambahnya.
Nur Aenum Dewi Putri
Mahasiswa Jurnalistik Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar