Hybrid Learning Solusi Pembelajaran di Masa Pandemi?

Oleh Rio Rifa'at *)

Hybrid-Learning

SEMARANG – Sesuai arahan Mendikbudristek Nadiem Makarim pada awal tahun 2021, bahwa wilayah yang masuk PPKM Level 1 sampai 3 bisa melakukan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas. Kebijakan ini diambil karena banyaknya keluh kesah tentang pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Dengan adanya keputusan tersebut, setiap sekolah berlomba untuk mulai mempersiapkan PTM terbatas. Mulai dari mempersiapkan fasilitas hingga mencari tahu metode pembelajaran apa yang cocok digunakan di masa pandemi seperti sekarang ini.

Dilansir dari Republika, pakar pendidikan dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Ahmad Suriansyah menyebut metode pembelajaran Hybrid Learning bisa menjadi solusi di masa pandemi. “Kalau memang pembelajaran tatap muka digelar, pilihan terbaiknya sistem Hybrid Learning sebagai jalan tengah,” kata dia.

Lalu, apa itu Hybrid Learning?

Istilah Hybrid Learning tentu masih asing bagi masyarakat Indonesia. Metode ini muncul untuk mengatasi permasalahan pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang menurut beberapa penelitian dirasa kurang efektif. Metode pembelajaran ini menjadi alternatif baru di saat pandemi mulai mereda.

Model pembelajaran hybrid merupakan model pembelajaran yang mengkombinasikan metode pengajaran face-to-face dengan metode pengajaran berbantukan komputer baik secara offline maupun online untuk membentuk suatu pendekatan pembelajaran yang berintegrasi. (Verawati & Desprayoga, 2019)

Baca juga:   Mengejar Kualitas Pendidikan dengan Pembelajaran Tatap Muka

Bisa dikatakan Hybrid Learning merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan menggabungkan pembelajaran jarak jauh (PJJ) dan pembelajaran tatap muka dalam waktu yang bersamaan. Itu artinya dalam satu waktu guru mengajar dua kelompok siswa, yaitu siswa yang datang di kelas, dan siswa yang belajar dari rumah secara daring.

Dengan kondisi tersebut, tentunya guru harus memiliki kesiapan yang lebih dalam menjalankan model pembelajaran hybrid ini jika memang akan diterapkan di sekolah tempat mereka mengajar.

Dilansir dari Fajarpendidikan, Peneliti Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK) Nisa Felicia menilai banyak hal yang perlu disiapkan untuk menerapkan konsep Hybrid Learning. Salah satunya adalah kesiapan para guru.

Menurutnya, Kemendikbudristek harus menyiapkan berbagai contoh model penerapan Hybrid Learning baik dari sisi pengelolaan jam belajar, kurikulum maupun materi pembelajaran. Berbagai simulasi juga harus segera dilakukan sebelum Hybrid Learning diterapkan.

Selain kesiapan guru, masalah fasilitas juga perlu untuk diperhatikan, mulai dari fasilitas protokol kesehatan sampai dengan dengan fasilitas perangkat pendukung pelaksanaannya pembelajaran hybrid.

Sebagai gambaran, dikutip dari Republika, Sekolah Taruna Bangsa yang terletak di kawasan Sentul, Kecamatan Babakanmadang, Kabupaten Bogor, merupakan salah satu sekolah yang telah menerapkan sistem pembelajaran Hybrid Learning.

Dalam pelaksanaannya seluruh kelas di Sekolah Taruna Bangsa ini dilengkapi fasilitas yang menunjang untuk pelaksaan pembelajaran hybrid.

Mulai dari layar monitor berukuran besar yang memudahkan guru memantau siswanya yang bergabung secara daring, lalu ada kamera dengan resolusi tinggi yang memudahkan para siswa yang mengikuti proses belajar mengajar dari rumah agar dapat melihat penjelasan guru di depan kelas secara langsung dengan kualitas video yang baik, dan guru yang mengajar juga dilengkapi dengan microphone agar suara yang dihasilkan ketika mengajar dapat terdengar jernih dan jelas oleh siswa yang berada di rumah.

Baca juga:   PTM Sudah Dijalankan, Menjadi Tantangan Mengajar Baru bagi Guru

Hybrid Learning ini jelas bisa menjadi solusi masalah pendidikan ditengah pandemi seperti sekarang ini, akan tetapi jangan sampai dalam pelaksanaannya justru menimbulkan masalah baru dalam dunia pendidikan.

Oleh karena itu, mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan pembelajaran hybrid adalah hal yang wajib dilakukan oleh semua pihak mulai dari pemerintah, satuan pendidikan, tenaga pendidik hingga peserta didik, sehingga Hybrid Learning ini bisa menjadi pilihan metode belajar yang dapat menghasilkan SDM Indonesia yang berkualitas sesuai dengan apa yang kita semua harapkan.

*) Rio Rifa’at, Mahasiswa Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang (UNNES)

TINGGALKAN KOMENTAR

Masukkan komentar Anda!
Masukkan nama Anda disini