harianpijar.com, JAKARTA – Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengungkapkan bahwa intensitas aksi teror yang dilakukan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua yang kini ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh pemerintah, terus meningkat setiap tahun. Bahkan, kata dia, berdasarkan data dari Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan ada ratusan orang yang menjadi korban.
“Data Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan mencatat selama tiga tahun terakhir, tidak kurang dari 110 warga menjadi korban teror KKB (di Papua). Sebanyak 95 orang di antaranya meninggal dunia, terdiri dari warga biasa sebanyak 59 orang, personil TNI sebanyak 27 orang, dan personil Polri sebanyak 9 orang,” kata Bambang Soesatyo dalam keterangannya, Senin, 3 Mei 2021.
Bambang Soesatyo mengatakan sepanjang April 2021 saja sudah terjadi puluhan aksi teror yang dilakukan kelompok teroris KKB di antaranya pada 8 April 2021, penembakan terhadap seorang guru di Kelurahan Yulukoma, Distrik Beoga, Kabupaten Puncak.
Lalu tanggal 9 April 2021, penembakan terhadap guru honorer SMP 2 Beoga, serta pembakaran rumah dinas guru, bangunan SD Jambul, SMP 1 dan SMA 1 Beoga, di Kabupaten Puncak.
“Tanggal 11 April 2021, pembakaran Heli Upmi815 milik PT Ersa Air di Apron Bandara Aminggaru, Ilaga, Kabupaten Puncak. Tanggal 13 April 2021, pembakaran rumah Kepala Sekolah SMP Negeri Beoga dan rumah Anggota DPRD Kabupaten Puncak. Tanggal 14 April 2021, penembakan tukang ojek di Kampung Eromaga, Distrik Omukia, Kabupaten Puncak,” terangnya dalam Rapat Koordinasi Virtual MPR RI bersama Kemenko Polhukam, Polri, TNI, dan BIN, di Jakarta.
Selanjutnya, dikatakan Bambang Soesatyo, pada tanggal 15 April 2021 juga terjadi penembakan pelajar SMA di Kampung Tagaloa, Kabupaten Puncak. Sementara, tanggal 17 April 2021, pembakaran gedung SD Dambet, rumah Kepala Suku dan tiga rumah dinas guru di Kampung Dambet, Distrik Beoga Kabupaten Puncak.
“Tanggal 25 April 2021, serangan KKB menewaskan KABINDA Papua Mayjen Anumerta TNI I Gusti Putu Danny Karya Nugraha. Tanggal 27 April 2021, serangan KKB menewaskan anggota Brimob Polri, Bharada Komang, dan melukai dua anggota lainnya,” ucapnya.
Bambang Soesatyo menekankan rangkaian peristiwa itu menunjukkan bahwa aksi kekerasan yang dilakukan teroris KKB mempunyai karakteristik mengkhawatirkan. Aksi kekerasan tersebut dilakukan secara intens, sehingga menimbulkan korban jiwa yang menyasar target yang bersifat acak/random, yakni guru, tukang ojek, pelajar, anggota DPRD, dan aparat, disertai perusakan fasilitas publik dan tempat tinggal, serta menciptakan ketakutan dan teror terhadap kehidupan rakyat.
“Mustahil membangun bumi Papua jika eskalasi aksi kekerasan tidak kunjung usai. Negara harus hadir memastikan hak rakyat Papua menikmati hasil pembangunan, tidak terberangus oleh ancaman sekelompok orang. Karenanya, pendekatan soft power tetap diutamakan, namun tatkala kondisi memaksa, tindakan tegas dan terukur harus diimplementasikan melalui tindakan represif, demi melindungi rakyat Papua,” sebutnya.
Selain itu, Bambang Soesatyo menilai untuk menumpas para teroris KKB, TNI-Polri harus menerjunkan kekuatan penuh. Menurutnya, ibarat keringkan sumber air kolam untuk bisa tangkap ikan. Air kolam adalah sarana dan prasarana pendukung kelompok teroris, sementara ikannya adalah teroris KKB.
“Setelah memukul mundur dan menguasai kembali berbagai desa dari cengkraman para teroris KKB, pemerintah perlu memasifkan kembali pembangunan di Papua sesuai Inpres Nomor 9 Tahun 2020 dan Keppres Nomor 20 Tahun 2020. Selain juga melakukan berbagai operasi bhakti kesejahteraan. Anggota TNI dan Polri, misalnya, dapat ditugaskan sebagai guru dan membangun kembali fasilitas umum yang rusak. Karena merebut hati dan pikiran masyarakat lokal Papua adalah cara terbaik memulihkan kembali kondisi damai di Papua,” ujar Bambang Soesatyo.
Di sisi lain, Menko Polhukam Mahfud MD menyampaikan di tingkat internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tidak ada forum resmi yang mengangkat permasalahan lepasnya Papua dari NKRI. Sebab, seluruh negara dunia menghormati putusan Resolusi Majelis Umum PBB Nomor 2504 Tahun 1969 tentang penentuan pendapat rakyat Papua, yang menegaskan Papua, termasuk Papua Barat, merupakan bagian tidak terpisahkan dari NKRI.
Sedangkan Kepala Badan Intelijen Strategis TNI Letjen TNI Joni Supriyanto juga mengingatkan bahwa isu kemerdekaan Papua tidak berdiri sendiri oleh internal KKB maupun Organisasi Papua Merdeka (OPM) di dalam negeri. Tetapi ada campur tangan dari jaringan internasional di luar negeri, seperti keberadaan Benny Wenda di Inggris, hingga Veronica Koman di Australia.
Untuk diketahui, Rakor itu juga dihadiri para Wakil Ketua MPR RI, antara lain Ahmad Muzani, Jazilul Fawaid, Lestari Moerdijat, Hidayat Nur Wahid, dan Arsul Sani. Hadir pula Menko Polhukam Mahfud MD, Kabais TNI Letjen TNI Joni Supriyanto, Wakapolri Komjen Gatot Eddy Pramono, Waka BIN Letjen TNI (Purn) Teddy Lhaksmana Widya Kusuma, dan Ketua MPR RI For Papua Yorrys Raweyai. (msy/det)