harianpijar.com, JAKARTA – Dokter yang juga influencer, dr Tirta Mandira Hudhi, meminta pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi yang berlaku di DKI Jakarta dicabut. Menurutnya, penerapan kebijakan itu standar ganda dengan menyinggung acara Habib Rizieq Shihab.
Pernyataan itu disampaikan dr Tirta langsung melalui video di akun Instagram-nya yang diunggah pada Sabtu, 14 November 2020.
Awalnya, dr Tirta menceritakan pengalamannya yang ditugasi untuk mengedukasi masyarakat terkait protokol kesehatan COVID-19. Namun, dirinya menilai edukasinya itu justru berbanding terbalik dengan situasi yang terjadi di Jakarta.
“Pertama, saya ini dikirim surat tugas dari Maret 2020 sampai November sekarang itu untuk edukasi 3 M (mencuci tangan, menjaga jarak dan memakai masker). Saya sudah keliling 17 kota,” ujar dr Tirta.
“Ini di Jakarta masih PSBB transisi tetapi dilakukan beberapa hal kegiatan kerumunannya sangat banyak,” imbuhnya.
dr Tirta menilai perintah edukasi protokol kesehatan tidak diberlakukan secara adil. Menurutnya, ada standar ganda. Karena itu, dirinya meminta PSBB transisi dicabut.
“Kalau standar ganda, ayo buka, pilih salah satu. Mau los-losan atau mau kita strict-strictan (ketat-ketatan), kita mau kakuan atau mau los-losan,” sebutnya.
Lebih lanjut, dr Tirta mempertanyakan kedatangan Habib Rizieq yang membuat kerumunan tetapi tak disanksi. Bahkan, saat pemimpin FPI itu menggelar acara resepsi pernikahan putrinya, Satgas COVID-19 justru memberikan bantuan masker.
“Seorang tokoh dateng ke sini, membuat kerumunan di bandara sampai puluhan ribu, lalu membuat kemungkinan besar membuat acara pernikahan yang puluhan ribu, malah pernikahannya diberikan masker 20 ribu picis,” ucapnya.
dr Tirta tidak mempersoalkan pengajuan izin acara pernikahan tersebut. Dirinya mempertanyakan konsistensi pejabat terkait.
“Jelas Pak Rizieq Shihab berhak mengajukan izin, tetapi jelas konsistensi Satgas DKI, konsistensi dari Gubernur DKI, konsistensi dari BNPB, jika memang ada kerumuman dan kalian melakukan razia masker, jangan tebang pilih,” kata dr Tirta.
dr Tirta meminta PSBB transisi dicabut. Menurutnya, pejabat takut menindak tokoh dengan massa banyak. “Buka semuanya, ngapain ada PSBB transisi. Jika ada tokoh publik, yang massanya banyak kalian takut,” tuturnya.
Selain itu, dr Tirta juga mengaku kecewa lantaran 8 bulan hanya bertemu anaknya tiga kali karena kegiatan edukasi. Dirinya juga menyoroti banyaknya tenaga kesehatan yang wafat karena COVID-19.
“Saya 8 bulan. Saya ketemu anak saya cuma tiga kali. Marah jelas, kecewa jelas. Kawan saya nakes-nakes banyak beguguran bos,” tukasnya. (nuch/det)