harianpijar.com, JAKARTA – Calon Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Asman Abnur tidak dapat diremehkan pada Kongres V PAN yang rencananya akan di gelar Februari medatang.
Pasalnya, Asman Abnur yang juga pernah menjadi menteri di pemerintahan Jokowi – Jusuf Kallla (JK) dinilai sebagai kuda hitam.
“Asman Abnur pernah menjadi menteri, tentunya Asman ini orang baik jadinya jangan diremehkan dan Asman sebagai kuda hitam, bisa jadi nanti Zulkifli Hasan dan Mulfachri tidak bisa menjadi ketum. Tapi yang penting bagi PAN jangan diberikan peluang intervensi eksternal. Oleh karena itu kompetensi kompensasi dalam memilih ketum baru ini seharusnya tidak harus membuat PAN itu tidak solid. Jadi internal PAN tidak terkoyak karena adanya kompetisi kompensasi tersebut,” kata pengamat politik yang juga peneliti senior di Pusat Penelitian Politik LIPI Siti Zuhro saat dihubungi, Senin 20 Januari 2020.
Menurut Siti, bahwa dirinya memberikan pandangannya tersendiri terhadap bursa Calon Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) dengan menyebutnya sebagai kompetisi kompensasi.
Selain itu, bursa calon ketua umum di PAN sendiri diperebutkan oleh incumbent Zulkifli Hasan, Asman Abnur yang didukung Hatta Rajasa dan Mulfachri yang didukung oleh Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais.
Dikatakan Siti, bahwa posisi ketua umum suatu partai sama dengan manajer suatu partai, sehingga seorang ketum nantinya harus bekerja selama 1×24 jam memikirkan masa depan partai. Karena itu, jadi menang kalahnya suatu partai antara lain memang termasuk piawai tidaknya seorang ketua umum dalam mengelola partai.
“Jadi memang, ketua umum partai yang tadi itu hanya fokus kepada partai saja, bagaimana membawa institusi ini menjadi institusi yang maju dan berhasil. Bagaimana merekrut kader partai yang diprediksikan dapat memenangkan konstituen dan memenangkan pemilih. Nah ini yang dibutuhkan oleh PAN, memberikan benchmarking yang kuat dan sesuai dengan referensi pemilih,” ujar Siti.
Selanjutnya, Siti juga menegaskan, bahwa masing-masing calon ketua umum untuk kursi ketum PAN memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Karena itu, tinggal bagaimana para pemilih dalam hal ini DPD melihat siapa yang memiliki kekurangan lebih sedikit.
“Tapi yakinkan nyambung antara bagaimana menimbulkan animo masyarakat terhadap PAN dengan munculnya sosok ketum bagi PAN. boleh dipikirkan itu bagaimana menyambungkan hal tersebut. Di internal PAN dirinya di idolakan, lalu di luar (masyarakat) memang cukup membuat publik mengapresiasi atau mengagumi juga,” tegas Siti.
“Nah itu perlu, karena apakah nanti apakah sosok yang dihasilkan di kongres itu akan mampu mendongkrak suara PAN di pemilu legislatif 2024. Itu pertanyaan yang serius karena ambang batasnya akan dinaikkan, jangan sampai PAN nanti terlempar dari DPR,” lanjut Siti.
Kemudian, Siti juga menilai bahwa Partai Amanat Nasional (PAN) harus melakukan rebranding, hal ini harus dilakukan agar partai berlogo matahari ini tidak akan stagnan dan terlempar dari bursa caleg di pemilu tahun 2024. PAN juga harus bisa mengantisipasi perubahan untuk mengikuti rebranding tersebut.
“Yang harus diantisipasi adalah perubahan, karena kalau kesinambungan tidak ada masalah, karena jualannya sama. Ibaratnya partai politik itu jualan, jadi kalau setiap saat jualannya tidak rebranding kan orang bisa bosan. Begitu juga partai politik, untuk 2024 dibaca kecenderungan pemilih, baik itu pemilih khususnya orang muda maupun pemilih-pemilih yang swing voters kecenderungan mereka itu apa,” tandas Siti Zuhro. [elz]det]