harianpijar.com, KUPANG – Terkait hubungan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan Partai Demokrat yang kurang harmonis, disinyalir menjadi penyebab Partai Demokrat gagal masuk jajaran Kabinet Indonesia Maju dalam lima tahun kedepan.
“Dugaan kuat jika hubungan Demokrat vs PDIP memang belum benar-benar pulih secara politik, walaupun secara personal tidak bermasalah, dan itulah yang menjadi penyebab Demokrat tidak diakomodir dalam kabinet Jokowi,” kata Akademisi dari Universitas Muhammadiyah Kupang, Dr Ahmad Atang, di Kupang, Jumat, 25 Oktober 2019.
Ahmad Atang mengungkapkan, pandangan tersebut berkaitan dengan faktor penyebab gagalnya Partai Demokrat menempatkan kadernya dalam pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)-Ma’ruf Amin, padahal secara politis, Partai Demokrat adalah partai pendukung 02 yang paling pertama merapat ke barisan Jokowi.
Menurut Ahmad Atang, Partai Demokrat merupakan partai yang berada pada posisi di persimpangan jalan, padahal secara politis, Partai Demokrat telah memainkan momentum untuk mendapatkan respons yang signifikan dari kekuasaan.
Hal itu terbukti dengan diterimanya Agus Harimurti Yudoyono (AHY) oleh Jokowi di Istana Negara, setelah Jokowi dinyatakan menang pilpres dan Partai Demokrat menyatakan dukungan kepada pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin sebagai pemenang.
Selain itu, AHY juga bersilaturahmi ke kediaman Ketua Umum Parta Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri. Bahkan, diduga langkah politik AHY tersebut memastikan spekulasi jika merapatnya AHY akan menguntungkan Partai Demokrat, terkait pembagian kekuasaan di pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin.
Sementara, publik pun mulai menebak posisi ideal bagi putra sulung SBY tersebut di kabinet Jokowi Jilid II, yakni mulai dari Menpora, Mensos, Menteri Pertahanan dan sebagainya. Bahkan, hingga pada injury time finalisasi kabinet masih beredar nama AHY.
Sedangkan, yang menjadi pembenar seseorang diakomodir atau tidak di dalam kabinet ditentukan oleh kehadiran para kandidat di Istana atas panggilan dari Jokowi.
Kemudian, AHY termasuk figur yang tidak dipanggil oleh Jokowi ke Istana dan hal ini menjadi pembenar, jika AHY memang tidak diakomodir oleh presiden masuk dalam gerbong kekuasaan.
“Kenyataan ini menimbulkan dugaan kuat jika hubungan Demokrat versus PDIP memang belum benar-benar pulih secara politik walaupun secara personal tidak bermasalah,” ujar Ahmad Atang.
Ahmad Atang menilai, ada dugaan semacam ada ketakutan jika AHY masuk kabinet maka ke depan akan menjadi ancaman dan batu sandungan bagi figur capres dari PDIP.
Karena itu, Ahmad Atang mengatakan, spekulasi politik kadang menemukan jalannya sendiri, maka sangkaan publik hanya terbaca melalui gejala yang terjadi.
“Jika memillih antara Demokrat dan Gerindra, Jokowi sepertinya lebih nyaman dengan Gerindra ketimbang Demokrat,” jelas Ahmad Atang.
Kemudian, Ahmad Atang juga mengatakan, melihat kondisi ini yang menyebabkan posisi Partai Demokrat dan AHY selalu berada di persimpangan jalan antara fakta dan utopis. (elz/ant)