harianpijar.com, JAKARTA – Pengamat politik dan juga Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia, Hanta Yuda menyebut koalisi yang dibangun Presiden Joko Widodo (Jokowi) tambun dan sudah terlalu besar. Hal itu terkait sinyal kuat masuknya Partai Gerindra kedalam koalisi pemerintahan Jokowi-KH Ma’ruf Amin lima tahun kedepan.
Selain itu, dampak dari bergabungnya Partai Gerindra ke koalisi Jokowi-Ma’ruf Amin, kekuatan penyeimbang sebagai kontrol pemerintah ke depan akan melemah.
“Demokrasi yang sehat membutuhkan pemerintahan yang kuat dan parlemen yang juga kuat sebagai kontrol. Penyeimbang diperlukan jika kebijakan pemerintah menyimpang. Koalisi yang dibangun Presiden Jokowi menjadi tambun atau kebesaran,” kata Hanta Yuda saat dihubungi, di Jakarta, Senin, 21 Oktober 2019.
Menurut Hanta Yuda, sinyal kuat merapatnya Partai Gerindra ke Istana nampak saat Prabowo Subianto menyatakan kesiapannya menjadi salah satu menteri di kabinet mendatang. Selain itu, dirinya juga sudah memprediksi merapatnya Partai Gerindra sejak jauh hari. Bahkan, merapatnya Partai Gerindra ke koalisi secara politik sah-sah saja.
Namun, dikatakan Hanta Yuda, kekuatan partai pendukung pemerintah yang saat ini mencapai 60% jika ditambah partai nonkoalisi jelas bakal melemahkan kekuatan penyeimbang. Selain itu, posisi pendukung pemerintah yang terlalu kuat di parlemen, juga berpotensi kolutif karena suara oposisi yang kecil.
“Pemerintah yang kuat dan efektif dibutuhkan tapi bukan artinya terlalu besar koalisi pendukung pemerintah. Kalau kekuatan penyeimbang lemah nanti akan muncul ekstraparlementer karena aspirasi masyarakat yang potensial tersumbat di parlemen,” sebutnya.
Hanta Yuda juga menegaskan, tidak ada jaminan kelak jika Partai Gerindra bergabung ke kabinet akan tetap sejalan dengan presiden. Hal itu juga berlaku kepada partai-partai koalisi yang juga memiliki beragam kepentingan.
“Sangat mungkin koalisi pemerintah akan bergejolak kalau tidak dikelola dengan baik. Soliditas internal koalisi harus dijaga. Paling buruk yang harus dihindari ialah partai koalisi yang di dalam kemudian terpental setelah masuknya partai nonkoalisi. Tapi saya yakin Pak Jokowi sudah punya strategi mengantisipasi gejokal dalam koalisi,” tegas Hanta Yuda. (elz/med)