harianpijar.com, JAKARTA – Akademisi Rocky Gerung merespons langkah Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang memutuskan menerima permintaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menjadi menteri di kabinet periode 2019-2024. Rocky Gerung merasa tak yakin masyarakat dari dua kubu bisa langsung bersatu.
Awalnya, Rocky Gerung menyebut keputusan Prabowo Subianto bergabung ke Istana memang sudah terprediksi. Sehingga, kata dia, tidak menarik lagi untuk dianalisis.
“Seluruh yang ada di media massa hari ini, apapun beritanya tentang Istana, itu hanya menarik sebagai berita, bukan lagi menimbulkan sensasi untuk dianalisis. Prabowo masuk Istana, itu berita karena dari awal memang dikondisikan begitu kan, apa gunanya dianalisis? Kalau Prabowo memutuskan untuk tidak, nah itu baru jadi analisis. Kan begitu,” ujar Rocky Gerung saat dihubungi, Senin, 21 Oktober 2019, seperti dilansir detik.
“Jadi misalnya kalau Prabowo bilang, ‘Oke demi bangsa maka kami memutuskan untuk konsisten berada di luar kabinet’, itu baru bisa dianalisis kenapa berubah pikiran, kan itu. Atau NasDem, ‘Ternyata sesuai dengan dugaan kami seluruh partai masuk ke kabinet sehingga tidak ada lagi di parlemen beroposisi. Menurut kami NasDem bersama-sama dengan PKS untuk beroposisi’, nah itu baru bisa dianalisis,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Rocky Gerung menilai ada kesalahan berpikir belakangan ini. Keliru berpikir ini, menurutnya, soal anggapan persatuan.
“Jadi yang terjadi hari ini adalah koalisi seolah-olah ingin Indonesia bersatu maka semuanya masuk Istana. Indonesia itu bersatu kalau ada yang mengawasi Istana, bukan sama-sama masuk Istana. Itu ngaconya cara berpikir itu,” sebutnya.
Rocky Gerung mengatakan keputusan Prabowo Subianto bergabung ke Istana hanya menyatukan elite-elite. Menurutnya, perpecahan di akar rumput tetap akan ada karena masyarakat ingin ada kontrol terhadap pemerintah, bukan ramai-ramai gabung ke penguasa.
“Yang bersatu siapa? Ya elitenya yang bersatu. Bangsanya selesai nggak pecah belahnya? Ya makin terjadi. Karena apa? Bangsa berharap ada yang di luar kan, rakyat berharap ada yang di luar. Ternyata semua masuk ke dalam maka bangsa ini justru tidak akan bersatu, justru akan makin terpecah karena tidak ada yang mengucapkan kepentingan alternatif dari rakyat. Kan itu yang terjadi,” jelas Rocky Gerung.
Rocky Gerung menilai salah jika persatuan sudah dianggap erat kembali ketika Prabowo Subianto memutuskan bergabung ke pemerintahan Jokowi. Sebab, menurutnya, ada rakyat yang tetap berharap Prabowo Subianto menjadi oposisi.
“Ini salah kalau dianggap setelah Prabowo masuk ke Istana maka persatuan sudah erat kembali. Ya justru makin jauh karena rakyat tidak menghendaki masuk Istana. Biasa aja, kan rakyat menghendaki Prabowo di luar, itu justru normal supaya terjadi keseimbangan antara yang berkuasa dan tidak berkuasa,” kata Rocky Gerung.
“Jadi kekacauan itu yang mesti dianalisis oleh pers, bukan sekadar memberitakan, ‘Oh berarti akan terjadi persahabatan baru’. Ya persahabatan antara menteri kabinet, tapi rakyat tetap tidak bersahabat,” tukasnya. (nuch/det)