Pengamat Nilai Pendukung Prabowo Pasti Kecewa jika Gerindra Gabung Jokowi

Ujang-Komarudin
Ujang Komarudin.

harianpijar.com, JAKARTA – Langkah politik Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang sepertinya akan bergabung ke koalisi Presiden Joko Widodo (Jokowi) dinilai akan membuat kecewa 68 juta pendukungnya di Pilpres 2019.

Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin mengatakan Prabowo Subianto dan Partai Gerindra seharusnya tetap menjaga kepercayaan pemilih dan pendukung dengan tetap menjadi oposan pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin. Bukan justru ikut masuk dalam pusaran kekuasaan.

Menurut Ujang Komarudin, jika Partai Gerindra benar-benar masuk kabinet yang akan diumumkan sekitar 20 atau 21 Oktober medatang, maka tidak hanya pendukung Prabowo Subianto yang kecewa, tetapi masyarakat juga akan menilai jika partai politik hanya ingin mengincar kekuasaan, bukan memperjuangkan janjinya kepada rakyat.

Baca juga:   Politisi PDIP: PAN dan PKS sebagai Penyeimbang, Tidak Ikut Pemerintahan Jokowi

“Seharusnya Gerindra jadi oposisi saja. Karena pendukungnya (Prabowo Subianto-red) banyak yang menginginkan Gerindra berada di luar kekuasaan,” ujar Ujang Komarudin di Jakarta, Sabtu, 12 Oktober 2019.

Sebagai mantan capres, dikatakan Ujang Komarudin, Prabowo Subianto seharusnya menyadari bahwa puluhan juta pemilih yang mendukungnya di Pilpres lalu, sekurang-kurangnya tidak menyukai pemerintahan Jokowi selama periode pertama.

Hal itu pantas jadi pertimbangan agar Partai Gerindra tetap memposisikan diri sebagai oposan pemerintah.

“Menjadi oposisi sama-sama terhormatnya dengan berkuasa. Bahkan menjadi oposisi lebih terhormat karena bisa mengingatkan ketika pemerintah salah jalan dan salah arah,” sebut Direktur Eksekutif Indonesia Political Review itu.

Ujang Komarudin mengatakan, meskipun manuver Prabowo Subianto bergabung dengan pemerintah dianggap kurang etis oleh sebagian orang, dirinya juga memahami bahwa mengincar bagian kekuasaan dalam politik itu hal yang biasa.

Baca juga:   Begini Kata Demokrat Terkait Pidato Jokowi di Pleno Penetapan Presiden Terpilih

“Itulah politik, sifatnya cair, dinamis dan kompromistis. Dulu lawan, sekarang kawan. Begitu juga sebaliknya. Karena koalisi yang dibangun bukan berbasis dan berdasar ideologi, maka koalisi akan mudah pecah,” ucapnya.

Ujang Komarudin menambahkan, idealnya negara membutuhkan oposisi yang kuat dan tangguh dalam mengawasi pemerintah. Namun jika Partai Gerindra, ditambah Partai Demokrat juga masuk kabinet, dikhawatirkan kontrol terhadap pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin berkurang sehingga kekuasaannya rawan disalahgunakan.

“Kata Lord Acton, power tends to corrupt. Kekuasaan itu akan cenderung korup atau disalahgunakan. But absolute power, corrupt absolutely. Dan kekuasaan yang absolut kecenderungan penyalahgunaannya pun akan mutlak,” kata Ujang Komarudin. (nuch/jpn)

TINGGALKAN KOMENTAR

Masukkan komentar Anda!
Masukkan nama Anda disini