Bantah Soenarko Terlibat Rencana Rusuh di Aksi Mujahid 212, Kuasa Hukum: Cerita Mulyono Tak Benar

Soenarko
Mayjen (Purn) Soenarko. (foto: detik/Lamhot Aritonang)

harianpijar.com, JAKARTA – Mulyono, pensiunan PNS yang ditangkap terkait rencana kerusuhan di Aksi Mujahid 212, mengungkap adanya keterlibatan Mayjen (Purn) Soenarko. Pihak Soenarko pun membantah pengakuan Mulyono tersebut.

“Saya sudah klarifikasi dengan Pak Soenarko melalui pembicaraan telepon 6 menit yang lalu, bahwa cerita saudara Mulyono di detik.com tidak benar adanya, demikian,” ujar kuasa hukum Soenarko, Ferry Firman Nurwahyu saat dihubungi, Rabu, 9 Oktober 2019, seperti dilansir detik.

Sebelumnya, Mulyono menjelaskan awal mula dirinya bertemu dengan Seonarko dalam wawancara khusus dengan detik di Polda Metro Jaya, pada Rabu, 9 Oktober 2019. Saat itu, Mulyono tergabung dalam ‘Majelis Kebangsaan Pancasila Nusantara (MKPN) pada tanggal 20 September 2019 lalu.

“Karena kita di Majelis Kebangsaan Pancasila Nusantara kita diundang Pak Prof Insani dari Ekonom UI, diundang dengan Pak Narko (Soenarko-red) di rumahnya beliau. Tanggal 20 di rumahnya Pak Narko,” ungkap Mulyono.

Mulyono
Mulyono. (foto: detik/Samsuduha Wildansyah)

Mulyono mengaku dirinya saat itu tidak mengetahui apa yang dibicarakan. Namun kemudian diketahui, bahwa pertemuan itu membahas gerakan dari aktivis Sri Bintang Pamungkas untuk menggulingkan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Baca juga:   Sandiaga Uno Minta Korban Anak-Anak Terkait Aksi 21-22 Mei Diinvestigasi

“Waktu undangan pertama kita nggak tahu apa yang akan dibicarakan, pada saat pembicaraan mereka akan adakan gerakan itu yang mengusung gerakan Sri Bintang Pamungkas. Nah itu diutarakan bagaimana menurunkan Jokowi, bagaimana menolak, bagaimana kembali ke UUD 1945,” ucapnya.

Lebih lanjut, Mulyono mengaku tidak sepaham dengan rencana gerakan tersebut. Dirinya pun menyatakan menolak rencana Sri Bintang Pamungkas itu.

“Nah kita bilang bahwa kita bukan di wilayah itu. Kita buka di wilayah kenegaraan dalam artian kita tidak berkait dengan menurunkan rezim. Yang kita ubah bukan menurunkan rezim, tapi membangun sistem atau mengganti sistem. Jadi kita tolak saat itu,” terangnya.

Menurut Mulyono, pertemuan itu dihadiri oleh sekitar 15 orang. Selain Soenarko, Mulyono juga menyebut kehadiran Lakda (Purn) Sony Santoso dalam pertemuan itu.

Baca juga:   Jadi Tersangka Makar Sri Bintang Pamungkas Tak Pernah Lapor Polisi

“Pak Sri Bintang nggak hadir di situ. Yang ada itu Pak Slamet, saya dan lain-lain ada yang dari UI, Pak Narko, Pak Sony ada juga beberapalah orang antara 10-15 orang,” kata Mulyono.

Mulyono menambahkan, di tengah pertemuan itu, Soenarko menanyakan apakah di antara mereka ada yang bisa membuat ‘petasan’. Petasan yang dimaksud adalah sebuah bom.

“Begitu di dalam pembicaraan itu Pak Narko nanya ‘ada yang bisa bikin petasan gak’. Terus kebetulan saya bertiga sama Laode sama Heriawan. Heriawan bilang ‘Laode Sugiyono bisa bikin’. Heriawan itu sebenernya masuk di tim kita di majelis, tapi dari 02. Dia nyusup masuk seolah-olah mau belajar Pancasila. Nah pada saat itu dipanggillah Laode Sugiyono,” ujar Mulyono.

“Itu saya dengar dari jauh aja mereka bicara, Sugiyono bilang ‘bisa, saya pengalaman di Ambon bisa’ sehingga dia bilang ada saudara-saudaranya juga. Udah sejak itu selesai,” imbuhnya. (nuch/det)

TINGGALKAN KOMENTAR

Masukkan komentar Anda!
Masukkan nama Anda disini