harianpijar.com, JAKARTA – Ketua Persatuan Gerakan Pembebasan Papua Barat (ULMWP) Benny Wenda mengatakan situasi di Papua semakin memburuk. Hal itu disampaikan Benny Wenda guna merespons kabar 22 korban tewas dalam kerusuhan yang terjadi di Wamena, Papua Barat, kemarin.
“Situasi di Papua Barat semakin hari kian memburuk. Situasi ini bisa mengarah seperti di Timor Timur,” tulis Benny Wenda dalam pernyataannya, seperti dilansir dari CNN Indonesia, Selasa, 24 September 2019.
Benny Wenda menyoroti pendekatan keamanan represif yang dilakukan Indonesia dalam menangani pergolakan di Papua. Menurutnya, hal itu hanya membuat kekerasan semakin meningkat.
“Sampai kapan dunia harus melihat warga Papua dibantai seperti hewan sebelum mereka turun tangan? Rasanya sudah cukup selama 57 tahun ini,” kata Benny Wenda.
Benny Wenda yang disebut sebagai tokoh separatis oleh pemerintah Indonesia saat ini mengasingkan diri ke Inggris.
Aksi unjuk rasa yang berujung rusuh di Wamena diduga karena dipicu perkataan rasisme. Aksi itu sempat melumpuhkan aktivitas masyarakat di Wamena. Massa dilaporkan membakar dan merusak sejumlah fasilitas milik pemerintah dan swasta, termasuk kendaraan bermotor.
Sebelumnya, Polda Papua menyatakan bahwa kerusuhan yang terjadi di Wamena hingga berujung pembakaran Kantor Bupati Jayawijaya itu bermula dari tawuran antarpelajar.
Polri mengatakan ada peran Benny Wenda (BW) di balik kerusuhan yang terjadi di sejumlah tempat di Papua kemarin.
“Desain ini tidak luput dari peran BW. Tokoh KNPB (Komite Nasional Papua Barat),” ujar Karopenmas Divhumas Polri Brigjen Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin, 23 September 2019.
Dedi Prasetyo mengatakan beberapa tokoh dari KNPB telah ditangkap. Dirinya menambahkan KNPB yang berjejaring dengan Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) menggunakan organisasi itu untuk menghasut masyarakat dan mahasiswa Universitas Cenderawasih. (nuch/cnn)