Soal Papua, Amien Rais: Tak Perlu Saling Menyalahkan, Sudah Waktunya Kita Pikul Bersama

Amien-Rais
Amien Rais. (foto: detik/Pradito Rida Pertana)

harianpijar.com, GUNUNGKIDUL – Penasihat PP Muhammadiyah yang juga politikus senior PAN, Amien Rais menilai kerusuhan di Papua terjadi lantaran masyarakat Papua merasakan ketidakadilan. Dirinya pun ingin pemerintah dan semua pihak melakukan pembicaraan untuk menciptakan kedamaian di Papua.

“Jadi begini, saya hampir tiap jam mengikuti perkembangan kerusuhan di Papua itu. Jadi saya punya analisa sederhana bahwa yang terjadi itu adalah dadakan,” kata Amien Rais saat ditemui seusai menghadiri Pengajian Akbar dan Pelantikan Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Gunungkidul di Bangsal Sewokoprojo, Gunungkidul, Sabtu, 31 Agustus 2019 malam.

“Kalau perang itu ada casus belli, sehingga yang di permukaan adalah mencerminkan apa yang sudah puluhan tahun di bawah permukaan itu. Di mana teman-teman Papua merasakan ada ketidakadilan. Jadi misalnya lingkungan atau ekologi hancur-hancuran, sementara orang Papua hanya menerima ampasnya,” tambahnya.

Amien Rais mencontohkan, seperti keberadaan sektor pertambangan di Papua yang hingga saat ini manfaatnya belum bisa dirasakan sepenuhnya oleh masyarakat. Jikapun mendapat manfaat dari sektor pertambangan, menurutnya, tidak sampai per mil, per seribu.

Baca juga:   Hadiri Pengukuhan Pengurus Partai Hanura, Presiden: Jangan Ada Lagi Politik SARA dan Hoaks di Pilkada 2020

“Kemudian juga saya kira memang sudah sampai ke puncak (rasa ketidakadilan yang dirasakan masyarakat Papua). Di mana yang penting adalah bagaimana Presiden Jokowi dan kita semua, tanpa kecuali, semua tokoh masyarakat, semua ulama, semua intelektual kampus dan lain-lain, bagaimana kita tidak lagi bicara dalam angka sekian triliun untuk otonomi daerah khusus Papua,” ujar Amien Rais.

“Tidak akan mengirim sekian bala bantuan dari Brimob atau Kopassus. Tapi bagaimana kita bisa memenangkan, merebut hati dan pikiran saudara kita di Papua, ya,” imbuhnya.

Amien Rais mengatakan hal itu bisa terwujud jika semua pihak memiliki asumsi dasar tidak membeda-bedakan antara Papua dan non-Papua. Mengingat dalam Islam, tidak ada bobot khusus untuk warna kulit dan bentuk muka manusia.

“Sekarang itu waktunya mendesak, bagaimana kita ini, tokoh-tokoh Indonesia ini duduk bersama para perusuh itu, ya, juga pimpinan struktural resmi maupun orang seperti Benny Wenda, seperti Filem Karma. Ada berlusin-lusin tokoh-tokoh yang sangat pandai yang juga luas pandangannya, jangan kita remehkan,” sebutnya.

Baca juga:   Tjahjo: Selaku Tokoh Reformis Amien Rais Telah Menghargai Proses Demokrasi

“Baru setelah itu kita ada harapan, kalau cuma mengirim tentara-tentara lagi malah mereka mungkin semakin..semakin..semakin dalem,” ujar Amien Rais.

Meski begitu, Amien Rais menyebut langkah tersebut bukanlah pendekatan secara persuasif, melainkan pendekatan secara kemanusiaan.

“Bukan persuasif ya, pendekatan kemanusiaan dari hati. (Ibaratkan) jadi saya seorang Papua mungkin saya merasa seperti dihempaskan. Kan sudah lama sekali tidak diperhatikan, ya, sudah tercecer jauh dari peradaban, ya, sangat banyak apa teman-teman Papua yang di gunung-gunung, hutan-hutan, tidak pernah tersentuh peradaban modern,” ucapnya.

“Mengapa? Kan kita punya manusia, punya personel cukup, punya dana yang juga lebih dari cukup, tapi mengapa tidak sampai ke sana? Karena itu kita tidak usah saling menyalahkan lah. Jadi ini sudah waktunya kita pikul bersama-sama, tidak ada lagi yang mengatakan ada penumpang gelap, ada penumpang setengah gelap dan lain-lain malah nanti jadi kacau balau,” pungkasnya. (nuch/det)

TINGGALKAN KOMENTAR

Masukkan komentar Anda!
Masukkan nama Anda disini