Din Syamsuddin: Tak Setuju NKRI Bersyariah karena Ada Pancasila

Din-Syamsuddin
Din Syamsuddin. (foto: dok. M Din Syamsuddin)

harianpijar.com, JAKARTA – Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin mengatakan tidak setuju dengan wacana NKRI bersyariah yang merupakan rekomendasi yang dihasilkan dalam Ijtimak Ulama IV beberapa waktu lalu, karena sudah ada sila pertama Pancasila.

“Saya pribadi tidak setuju karena tidak perlu (NKRI bersyariah) karena dengan Pancasila nilai Islam, Ketuhanan Yang Maha Esa, sudah ada,” kata Din Syamsuddin di Gedung MUI, Jalan Proklamasi, Jakarta, Rabu, 28 Agustus 2019.

Seperti diketahui, NKRI bersyariah merupakan salah satu rekomendasi yang dihasilkan dalam Ijtimak Ulama IV beberapa waktu lalu. Selain itu, pada poin pertimbangan, Ijtimak menyebut seluruh ulama menyepakati penegakan khilafah adalah kewajiban agama Islam.

Baca juga:   Soal Kasus Sukmawati, Novel: Umat Islam Akan Demo MUI Jika Tidak Ada Fatwa

Bahkan, Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab menyebut konsep tersebut digaungkan demi menjaga NKRI dan Pancasila dari kehadiran komunis-sosialis.

Selanjutnya, ditegaskan Din Syamsuddin, terlepas dari itu, ada upaya yang dilakukan pihak-pihak tertentu untuk menghilangkan jejak-jejak islam dari perjalanan sejarah Indonesia.

“Tanpa bermaksud menuduh dan tanpa menyebut saya sangat rasakan dan jelas ada upaya menghilangkan jejak islam dari sejarah kita,” tegas Din Syamsuddin.

Lebih lanjut, Din Syamsuddin menjelaskan, fakta dihilangkan jejak islam ini, telah banyak dirinya temukan. Misalnya soal sejarah bendera Merah Putih. Menurutnya, warna merah putih yang telah resmi menjadi bendera Indonesia ini telah disimpan oleh seorang kyai bahkan 80 tahun sebelum kemerdekaan.

Baca juga:   Pengamat: Tidak Seharusnya Polisi Melarang Rencana Aksi 112

Namun, fakta itu tidak pernah dibongkar kepada publik. Din Syamsuddin juga menyinggung fakta lain soal penetapan tanggal 17 Agustus sebagai hari kemerdekaan RI. Menurutnya, tanggal itu dipilih atas saran dan hasil renungan dari sejumlah kyai saat itu.

“Ini fakta sejarah, banyak lagi kalau kita gali. Betapa Bung Karno menyimpan Alquran kecil di sakunya. Betapa Bung Karno sampai rancang Monas dengan simbol keagamaan dan Islam sampai bangun patung Diponegoro menghadap Istana Negara, simbol sebagai wali. Untuk menjaga Istana ini simbol yang aktual,” pungkas Din Syamsuddin. (elz/cnn)

SUMBERCNN Indonesia

TINGGALKAN KOMENTAR

Masukkan komentar Anda!
Masukkan nama Anda disini