Jokowi: Ada Parpol yang Tak Setuju Gerindra Gabung Koalisi

Jokowi-Prabowo
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto bertemu di MRT Jakarta. (foto: detik/Ari Saputra)

harianpijar.com, JAKARTA – Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) menyebut tak keberatan jika pertemuannya dengan Prabowo Subianto, di Stasiun Moda Raya Terpadu (MRT) Lebak Bulus, Jakarta awal bulan lalu, dianggap sebagai sinyal Partai Gerindra akan masuk dalam koalisinya.

Jokowi mengaku dalam pertemuannya dengan Prabowo Subianto usai pesta demokrasi lima tahunan itu, belum membahas wacana Partai Gerindra gabung koalisi dengan partai pendukungnya.

Selain itu, pertemuan keduanya mencairkan suasana, sekaligus memunculkan spekulasi Partai Gerindra masuk koalisi Jokowi-Ma’ruf Amin.

“Yang jelas sampai saat ini kita belum bertemu dengan seluruh koalisi untuk berbicara mengenai tambah atau tidaknya partai baru di koalisi kita. Belum, belum sampai ke sana,” kata Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis, 15 Agustus 2019, seperti dilansir CNN Indonesia.

Menurut Jokowi, dirinya sudah menerima pandangan dari beberapa partai koalisinya tentang wacana Partai Gerindra masuk Koalisi Indonesia Kerja (KIK). Dirinya mengatakan ada partai yang menerima partai tersebut bergabung dalam koalisi. Namun, ada partai yang menolak.

“Ada yang setuju ada yang tidak setuju, biasa. Inilah yang perlu diorkestrasi agar suaranya sama kalau ya, ya, kalau tidak ya tidak, gitu,” ungkapnya.

Baca juga:   Jokowi Sebut Tak Ada Istilah Pembagian Jatah Kursi Menteri di Kabinet

Namun, Jokowi tak menyebut partai mana yang setuju atau tak setuju Partai Gerindra bergabung dalam koalisi.

Dirinya hanya mengatakan bahwa pertemuannya dengan Prabowo Subianto penting untuk memperlihatkan ke masyarakat bahwa elite politik rukun meski sempat bertarung di Pilpres 2019. Karena itu, Jokowi berharap masyarakat juga seharusnya bisa mengikuti dan rukun kembali.

Selanjutnya, Jokowi menyadari masyarakat masih ada yang belum bisa menerima hasil Pilpres 2019. Dirinya menyatakan perlu diberikan penjelasan bahwa pilpres itu adalah kontestasi politik lima tahun sekali, yang menjadi konsensus bersama usai reformasi.

“Ini yang perlu diluruskan, yang di sini,” ucap Jokowi.

Menurutnya, masalah ini menjadi pekerjaan rumah bersama. Jokowi mengatakan bukan hanya tugas pemerintah untuk menjelaskan bahwa pilpres adalah kontestasi politik yang dipilih untuk mencari pemimpin lima tahun sekali.

“Ini tugas kita bersama, partai-partai politik, tokoh-tokoh agama, tokoh masyarakat untuk menjelaskan mengenai, sebetulnya kemarin itu kontestasi politik, ya kalau sudah selesai kita kembali sebagai saudara sebangsa dan setanah air,” ujar Jokowi.

Baca juga:   Minta Tak Buru-Buru Tetapkan Esemka Jadi Mobil Nasional, PKS: Harus Diuji Dulu

“Jangan sampai keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini dikorbankan gara-gara pilpres, tidak. itu tidak boleh,” imbuhnya.

Seperti diketahui, beberapa waktu lalu, salah satu petinggi Partai Gerindra mengatakan, bahwa peluang partainya bergabung dalam koalisi Jokowi-Ma’ruf Amin 70 persen. Menurutnya, tiga sosok telah disiapkan Partai Gerindra untuk menjadi pembantu Jokowi.

Ketiga politisi Partai Gerindra tersebut adalah Wakil Ketua Umum Edhy Prabowo, Wakil Ketua Umum Fadli Zon, serta mantan calon wakil presiden Sandiaga Uno.

Namun, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad menampik sudah menyodorkan nama-nama kepada Jokowi. Dirinya menyatakan partainya baru sebatas mengajukan konsep ketahanan pangan, energi dan ekonomi.

Sementara, partai pendukung Jokowi-Ma’ruf Amin antara lain, PDIP, Partai Golkar, PKB, Partai NasDem, PPP, PSI, Partai Perindo, Partai Hanura, PKPI, dan PPP. Sedangkan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno diusung Partai Gerindra, Partai Demokrat, PAN, dan Partai Berkarya. (elz/cnn)

TINGGALKAN KOMENTAR

Masukkan komentar Anda!
Masukkan nama Anda disini