
harianpijar.com, JAKARTA – Pengamat politik yang juga Direktur Eksekutif Media Survei Nasional (Median), Rico Marbun mengatakan Partai Gerindra berpeluang besar untuk bergabung dalam koalisi Joko Widodo (Jokowi)-Ma’ruf Amin. Peluang itu menyusul terlaksananya pertemuan Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan Presiden Jokowi.
Rico Marbun menilai pertemuan itu menunjukan bahwa Prabowo Subianto telah menerima konsep pembangunan infrastruktur yang selama ini digaungkan Jokowi.
“Kita tahu infrastruksutur transportasi itu satu hal yang sangat dibanggakan oleh Jokowi dalam kampanyenya yang lalu,” kata Rico Marbun kepada Republika, Minggu, 14 Juli 2019.
Namun, Rico Marbun mengingatkan bahwa kubu Prabowo Subianto sempat berkali-kali mengkritik pembangunan infrastruktur darat tersebut.
“Bukan hanya sekali dua kali, tetapi berkali-kali kubu Prabowo mengkritik secara kuat dengan bahasa yang cukup keras tentang logika pembangunan infrastruktur Jokowi yang lebih dikembangkan ketimbang kesejahteraan rakyat secara langsung,” ungkapnya.
Selain itu, Rico Marbun juga menilai pertemuan tersebut menjadi simbol bahwa Prabowo Subianto sudah legawa dengan logika pembangunan infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintahan Jokowi. Dirinya pun menyebut tokoh-tokoh Partai Gerindra dapat berpeluang masuk pada kabinet.
“Semakin berpeluang besar, karena logika pembangunan Pak Jokowi yang paling besar dibantah selama kampanye kemarin adalah logika pembangunan infrastrukturnya, tetapi itu kan buktinya Prabowo sudah hadir langsung, itu kan sama halnya dengan dia sudah oke,” ujar Rico Marbun.
Bahkan, dikatakan Rico Marbun, tidak hanya Partai Gerindra, PKS juga mungkin bisa masuk dalam koalisi pemerintah. Apalagi, menurutnya, Pemilu 2024 membuka kemungkinan seluruh partai politik bersaing satu sama lain meski dalam satu koalisi.
“Kalau pada akhirnya semua memutus (koalisi), siapa yang tahan sendirian,” sebutnya.
Rico Marbun menjelaskan, pada 2024, Jokowi sudah tidak bisa lagi mencalonkan diri sebagai capres. Karena itu, dirinya memprediksi dua hingga tiga tahun menjelang pilpres bakal terjadi kompetisi yang sangat kuat antara partai politik, bahkan sesama partai koalisi.
“Hitung-hitungan pragmatis seluruh partai masuk ke pemerintahan itu mungkin saja terjadi kalau mereka mengambil perspektif 2024 sebagai titik tolak,” kata Rico Marbun. (elz/rep)