Prabowo Bertemu Jokowi, Andi Arief Singgung Slogan dan Jargon Bombastis Selama Kampanye

Andi-Arief
Andi Arief.

harianpijar.com, JAKARTA – Wakil Sekjen Partai Demokrat Andi Arief ikut angkat suara soal pertemuan Prabowo Subianto dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pertemuan yang memunculkan pro-kontra di kalangan pendukung Prabowo Subianto disebutnya tak lepas dari aksi-aksi mantan capres nomor urut 02 itu selama kampanye pilpres.

“Pemilu, people power, dan revolusi itu berbeda, baik cara, tahapan, maupun cara mewujudkannya. Bahkan jargon dan slogannya kalau tidak hati-hati bisa ditafsirkan melebih ekspektasi. Menurut saya, Pak Prabowo slogannya selama pemilu terlalu berani. Itulah kenapa sekarang ditagih pendukung,” ujar Andi Arief dalam keterangannya, Minggu, 14 Juli 2019.

Baca juga:   Soal Rencana Aksi 22 Mei, Sandiaga Uno: Aparat Jangan Terlalu Berlebihan

Menurut Andi Arief, jargon Prabowo Subianto selama kampanye tergolong bombastis. Bombastis itu termasuk pidato-pidato Prabowo Subianto selama kampanye Pilpres 2019.

“Ketika Pak Prabowo menyadari bahwa ini cuma pemilu dan merespons kekalahan dengan cara biasa khas pemilu, agak sulit untuk menganulir slogan dan jargon bombastis yang kadung menghiasi pidato tanpa teks di rapat umum yang dilakukan,” kata Andi Arief.

“Timbul-tenggelam dan cemplung bersama rakyat itu bukan khas slogan dan jargon pemilu. Begitu juga janji tidak berkhianat pada rakyat. Pemilu itu urusan akumulasi suara dan tidak menjanjikan opsi lain di luarnya. Menurut saya, Pak Prabowo sering hanyut dalam histeria massa,” tambahnya.

Baca juga:   Gerindra Tak Masalah Jika Kembali Jadi Oposisi di Pemerintahan Jokowi

Andi Arief mengatakan narasi Prabowo Subianto selama masa kampanye terlanjur ditelan para pendukungnya. Menurutnya, para pendukung Prabowo Subianto masih sulit menerima kekalahan jagoannya.

Untuk itu, Andi Arief pun berharap Prabowo Subianto ke depannya bersikap lebih realistis dalam menyampaikan pidato-pidato.

“Nasi sudah menjadi bubur, Pak Prabowo harus jawab ekspektasi revolusi dll yang sudah dijanjikan pada rakyat. Itu tidak mudah. Ini pelajaran buat semua pemimpin agar cerdas dalam bersiasat dan realistis. Kesalahan para pendukung juga ada, mana mungkin anak Menteng memimpin revolusi,” tandasnya. (nuch/det)

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Masukkan komentar Anda!
Masukkan nama Anda disini