MYANMAR, harianpijar.com – Ribuan penduduk diketahui meninggalkan tempat tinggalnya di negara bagian Rakhine, Myanmar, karena memburuknya situasi dalam dua hari terakhir ini.
Kekerasan merebak dan berlanjut hingga Sabtu, 26 Agustus 2017, pasca pejuang Rohingya menyerang sekitar 30 kantor polisi pada Jumat, sehari sebelumnya.
Hingga menyebabkan penduduk sipil Muslim Rohingya mengungsi dengan melewati perbatasan ke Bangladesh. Namun penjaga perbatasan mengusir sebagian dari mereka dan terpaksa kembali ke wilayah Myanmar.
Seperti dilansir dari BBC, umat Muslim Rohingya tidak diakui sebagai warga negara di Myanmar, yang mayoritas penduduknya beragama Budha. Mereka sering menjadi korban kekerasan aparat keamanan maupun kelompok militan Budha.
Sebelumnya, puluhan ribu penduduk Rohingya sudah mengungsi ke Bangladesh karena mengaku telah menjadi korban penganiayaan.
Negara bagian termiskin di Myanmar, Rakhine, menjadi tempat tinggal lebih dari satu juta orang Rohingya yang beragama Islam.
Selain itu, pihak kepolisian Bangladesh mengatakan mengusir 70 orang kembali ke Myanmar pada Sabtu, 26 Agustus 2017 setelah berupaya memasuki Bangladesh lewat perbatasan Ghumdhum.
Meskipun begitu, diperkirakan sekitar 3.000 penduduk Rohingya berhasil melewati perbatasan dan masuk ke ke kamp pengungsi maupun kampung-kampung di kawasan perbatasan Bangladesh.
Mohammad Zafar (70), seorang penduduk yang berada di kamp pengungsi di Balukhali, mengatakan kepada kantor berita AFP, bahwa dua anaknya ditembak mati di lapangan terbuka.
“Mereka menembak begitu dekat sehingga saya tak bisa mendengar apapun sekarang,” kata Mohammad Zafar.
Sedangkan penduduk lain yang mengungsi di sebuah kampung dekat Ghumdhum mengaku akan dibunuh jika kembali ke kampungnya. “Tolong selamatkan kami. Kami ingin tinggal di sini atau kami dibunuh,” ucapnya kepada Reuters.
Sementara itu, sekitar 4.000 penduduk Rakhine yang bukan beragama Islam sudah dievakuasi oleh tentara Myanmar agar tidak terperangkap dalam kekerasan.
Kekerasan terbaru ini marak setelah Oktober 2016 lalu, kelompok militan Rohingya melancarkan serangannya di pos perbatasan yang menyebabkan sembilan polisi tewas sehingga memicu terjadinya operasi militar besar-besaran dan menyebabkan ribuan umat Muslim Rohingya mengungsi.
Pemerintah Myanmar menegaskan operasi dilancarkan untuk memburu para militan Rohingya. Meskipun demikian, PBB sedang menyelidiki dugaan pelanggaran hak asasi manusia oleh aparat keamanan Myanmar.