SURABAYA, harianpijar.com – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siroj mengatakan sindikat “hoax” atau penyebar berita bohong Saracen berpotensi menjadi teroris.
“Belum teroris. Tapi berpotensi terorisme,” kata Said Aqil Siroj, pada Minggu, 27 Agustus 2017.
Lebih lanjut, ditegaskan Said Aqil Siroj, dirinya berterima kasih kepada Kepolisian Republik Indonesia (Polri) yang membongkar sindikat Saracen, di antaranya menangkap tersangka berinisial MFT (43) di Koja, Jakarta Utara, pada 21 Juli. Kemudian, JAS (32) di Pekanbaru, Riau, pada 7 Agustus. Selanjutnya, SRN (32) di Cianjur, Jawa Barat, pada 5 Agustus.
“Kalau orang sudah mau bikin gaduh, bikin kita konflik, perang saudara, membuat orang saling menghalalkan darah, itu sudah teror,” tegas Said Aqil Siroj.
Menurut Said Aqil Siroj, dirinya menduga ada kepentingan politik yang mendanai sindikat Saracen. “Sindikat ini menjadi berbahaya pada saat proses pemilihan kepala daerah (Pilkada) dan berpotensi memecah belah persatuan bangsa,” kata Said Aqil Siroj.
Sementara, Polisi mengungkap sindikat Saracen telah menjalankan bisnis ujaran kebencian melalui berbagai akun media sosial dan laman di dunia maya sejak November 2015, termasuk di dalamnya menyebar hoax pada pilkada DKI Jakarta.
Sedangkan, para anggota Saracen disebut mahir membuat akun palsu, anonim, semianonim, hingga riil, serta bisa memulihkan akun-akun yang yang sudah diblokir, dengan cara kerja yang terorganisasi. Mereka menawarkan jasa seharga Rp75 juta hingga Rp100 juta dengan mengajukan semacam proposal ‘paket menyebarkan berita bohong dan provokatif’ ke sejumlah organisasi kemasyarakatan.
Selanjutnya, berdasarkan penelusuran digital forensik yang dilakukan, polisi menemukan kurang lebih 800 ribu akun dan laman yang terkait dalam sindikat grup Saracen. Karena itu, Said Aqil Siroj mendesak polisi agar dapat mengungkap sidikat Saracen hingga ke aktor intelektualnya.
“Saya minta polisi mengungkap aktor politik yang mendanainya,” tandas Said Aqil Siroj.