JAKARTA, harianpijar.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) memiliki bahasa sendiri mengenai hubungan kelembagaan atau personal. Lain itu, sikap atau pernyataan implisit kepada media menjadi salah satu kode Jokowi menyikapi sesuatu.
Salah satunya adalah ‘nyanyian’ kode Jokowi terhadap sikap politik PAN.
Menurut Direktur Charta Politika Yunarto Wijaya berpendapat, bahasa Jokowi terhadap PAN cukup jelas meski tidak gamblang disampaikan.
Lain itu, dijelaskan Yunarto Wijaya, pasca pengesahan Rancangan Undang-Undang Penyelenggaraan Pemilu. Saat itu sikap PAN berseberangan dengan partai-partai pendukung pemerintah. Bersama Gerindra, PKS, dan Demokrat, partai pimpinan Zulkifli Hasan itu justru memilih walk out.
Karena itu, atas sikap tersebut Jokowi hanya mengatakan bahwa Zulkifli Hasan, sehari sebelum pengesahan telah menegaskan tetap mendukung pemerintah.
Bahkan, sebagian pihak menduga ucapan Jokowi tersebut sebagai sindiran atas komitmen dukungan politik PAN terhadap pemerintah.
Dan “nyanyian” Jokowi belum selesai. Beberapa hari setelahnya seluruh perwakilan partai dan fraksi koalisi pemerintah mendatangi Istana Merdeka, memenuhi panggilan Jokowi.
Sementara diketahui, tidak ada perwakilan PAN dalam pertemuan itu. Sekretaris Fraksi PAN Yandri Susanto juga mengatakan, dirinya sama sekali tidak mengetahui undangan Jokowi.
“Saya kira itu sudah bahasa yang cukup jelas. PAN sudah diposisikan berbeda. Minimal seperti itu,” kata Yunarto Wijaya saat dikonfirmasi.
Sementara, juga dikatakan Yunarto Wijaya, dirinya menilai hubungan PAN dan Jokowi rentan. Faktornya bukan hanya perbedaan sikap soal UU Pemilu. Melainkan juga karena sosok Ketua Dewan Kehormatan PAN, Amien Rais, yang kerap mengkritik keras pemerintah.
Menurut Yunarto Wijaya, Amien Rais kerap berada di garda terdepan dalam aksi demo berjilid. Amien Rais baru-baru ini bahkan meminta PAN menarik kadernya dari kabinet Jokowi setelah perbedaan suara menyikapi UU Pemilu.
Bahkan, Yunarto Wijaya juga berpendapat, upaya memulihkan hubungan PAN dan Jokowi harus dilakukan dengan terlebih dulu membangun kesamaan sikap dalam tubuh partai berlambang matahari itu.
Lain itu, Yunarto Wijaya juga menjelaskan, dirinya melihat selama ini ada tarik-menarik antara DPP dan Amien Rais. Sebagai pendiri partai, Amien Rais sering dipandang lebih berkuasa dibandingkan ketua umum. Bahkan, posisinya ibarat duri dalam daging.
“Selama ada Amien Rais, sulit saya rasa sepenuhnya ada hubungan harmonis antara PAN dengan presiden,” tandas pengamat politik ini.
Sementara, perombakan kabinet dinilai menjadi satu-satunya indikator mengetahui keharmonisan hubungan Jokowi dan PAN.
Hubungan Jokowi dan PAN baik-baik saja apabila masih ada perwakilan PAN dalam Kabinet Kerja. Sebaliknya, hubungan itu bisa disebut memburuk jika PAN kehilangan kursi di Istana Negara.
Sedangkan, Jokowi saat ini memegang dua kader PAN di lingkaran Istana. Mereka adalah Ketua KEIN Soetrisno Bachir dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Asman Abnur.
Namun, Jokowi masih bungkam ketika dikonfirmasi perombakan kabinet akibat sikap PAN. Istana pun menyerahkan seluruh kewenangan kepada mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
Sikap Jokowi itu, menurut pengamat Komunikasi Politik Hendri Satrio, masih terbilang wajar. Artinya, masih ada peluang bagi PAN untuk memulihkan hubungannya dengan Jokowi.
“Wajar. Kalau ada yang nakal di rumah kan disentil. Tapi enggak langsung diusir, belum diusir,” kata Hendri Satrio.