
SINGAPURA, harianpijar.com – Muslim di Asia merayakan hari raya Idul Fitri pada hari Minggu, 25 Juni 2017 dengan doa untuk perdamaian karena menandai akhir bulan suci Ramadhan.
Lain itu, seperti awal bulan Ramadhan, dimana orang-orang percaya berpantang makan dan minum di siang hari, Idul Fitri tergantung pada penampakan bulan dan perayaannya berbeda-beda di berbagai negara.
Hari dimulai dengan salat subuh dan kemudian kunjungan keluarga dan pesta.
Di Jakarta, sebagai ibu kota Indonesia, warga mengatakan mereka berharap semangat Idul Fitri akan mengatasi kekhawatiran meningkatnya militansi di dalam negeri dengan jumlah Muslim terbesar.
Selain itu, seorang perwira polisi tewas pada saat hari Lebaran dalam sebuah serangan oleh tersangka militan Islam di kota Medan.
Simpatisan ISIS telah melakukan serangkaian serangan tingkat rendah di Indonesia selama beberapa tahun terakhir.
“Saya pikir kita perlu kembali ke dasar Islam untuk memberi perdamaian bagi segenap umat manusia,” kata Samsul Arifin seperti dilansir Reuters Television.
Di Filipina, pertempuran antara pasukan pemerintah dan pemberontak Islam di kota Marawi selatan mereda pada hari Minggu saat militer berusaha untuk menerapkan gencatan senjata sementara untuk menandai hari raya Idul Fitri.
Pertempuran kecil terjadi di awal hari di beberapa bagian Marawi, dimana pejuang yang setia ke ISIS berpegangan pada minggu kelima.
Umat ​​Muslim yang menghadiri salat di sebuah masjid Marawi dalam sebuah pertemuan emosional. Pertempuran tersebut telah mengungsikan sekitar 224.000 orang dan menewaskan lebih dari 350 orang, kebanyakan dari mereka memberontak dan sekitar 69 anggota pasukan keamanan.
“Ini adalah peristiwa yang paling menyakitkan dan menyedihkan, Idul Fitri, yang telah kita alami selama ratusan tahun terakhir,” kata Zia Alonto Adiong juru bicara komite krisis provinsi.
Di Malaysia, perang saudara di Yaman ada di benak dua pengungsi yang salat di masjid utama di Ibukota Kuala Lumpur.
Suster Sumayah dan Nabila Ali mengatakan bahwa mereka mencari perlindungan di Malaysia setelah melarikan diri dari Yaman dimana lebih dari 10.000 orang telah tewas dalam dua tahun konflik.
“Ketika kita mengatakan orang miskin, anak-anak yang tidak aman, selalu dalam bahaya, kita berharap suatu hari selamat lagi dan orang akan bahagia lagi. Insya Allah,” kata Sumayah yang berusia 28 tahun itu.