JAKARTA, harianpijar.com – Peneliti The Political Literacy Institute Adi Prayitno mengatakan, aktivitas politik yang dilakukan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo kian terlihat agresif. Lain itu, dirinya menilai terkait dengan bursa calon presiden dan wakil presiden dalam Pemiliham Umum (Pemilu) 2019.
“Panglima TNI sepertinya ingin menjadi kandidat (Pemilu 2019),” kata Adi Prayitno dalam keterangan resmi yang diterima.
Namun, menurut Adi Prayitno, manuver Jenderal Gatot Nurmantyo mendapat banyak sorotan negatif, terutama menyangkut posisinya sebagai Panglima TNI.
“Bahkan banyak yang menengarai Gatot memanfaatkan jabatannya untuk tujuan politis,” kata Adi Prayitno.
Lebih lanjut, ditegaskan Adi Prayitno, publik masih trauma dengan keterlibatan TNI dalam politik yang melahirkan praktik politik yang represif dan otoriter.
Sementara, juga ditegaskan Adi Prayitno, dalam sejumlah agenda kegiatan, seperti seminar kebangsaan yang dilakukan kampus, organisasi masyarakat, termasuk partai politik, misalnya, Jenderal Gatot Nurmantyo juga terkesan pencitraan.
“Tak berlebihan kiranya jika agresifitas Gatot ini dibaca sebagai upaya memoles citra untuk mendulang insentif elektoral di pilpres mendatang,” tegas Adi Prayitno.
Sedangkan, agresivitas Jenderal Gatot Nurmantyo untuk mengisi bursa Pemilu 2019 juga ditengarai menjadi penyebab Panglima TNI itu mengumbar kasus korupsi Helikopter AW-101, termasuk memberikan tekanan kepada Angkatan Udara.
Karena itu, dalam konteks pencitraan muncul spekulasi bahwa Jenderal Gatot Nurmantyo sengaja membongkar beberapa kasus diantaranya tentang korupsi di tubuh TNI ini justru dapat mempermalukan Instutusi TNI karena tampak ada persaingan di internal TNI yang dikhawatirkan mengganggu profesionalisme matra.
Sementara, spekulasi lain ditengarai ada persaingan atau kepentingan salah satu institusi TNI terkait suksesi orang nomer satu di tubuh TNI.