Ahli Forensik: Iklan Pembunuhan Fahri Hamzah dan Rizieq Shihab yang Disebar ke Medsos Sangat Berbahaya

Ahli forensik Reza Indragiri Amriel, itu bukan posting hoax. Namun, andai itu hoax sekali pun, saya rasa ini sangat berbahaya.

JAKARTA, harianpijar.com – Tawaran untuk merencanakan pembunuhan terhadap Fahira Indris, Fahri Hamzah, Fadli Zon, Habib Rizieq, Buni Yani, dan lain-lain yang diiklankan Nathan P Suwanto dalam Twitter-nya, @NathanSuwanto, dikritisi ahli forensik Reza Indragiri Amriel.

Menurut Reza Indragiri Amriel, iklan yang disebar ke medsos sangat berbahaya karena bisa dibaca semua kalangan termasuk anak-anak. Apalagi bila ada yang menyambut tawaran tersebut.

“Katanya, itu bukan posting hoax. Namun, andai itu hoax sekali pun, saya rasa ini sangat berbahaya,” kata Reza Indragiri Amriel dalam pesan singkatnya, Minggu 30 April 2017.

Lebih lanjut, ditegas Reza Indragiri Amriel, berkat masifnya penyebaran info via medsos, di masa berat seperti sekarang, ada orang-orang yang menyambut tawaran (iklan) tersebut. Orang itu lalu melakukan killing spree. Setelah selesai, dia tagih bayarannya kepada si otak (mastermind).

Baca juga:   Mabes Polri Pastikan Proses Hukum Rizieq Shihab Masih Berlanjut Meski Kapolda Berganti

“Si otak mulai merasa bahwa membiayai pembunuhan merupakan cara yang bisa dia lakukan untuk mencapai kepentingan pribadi,” tegas Reza Indragiri Amriel.

Selanjutnya, menurut Reza Indragiri Amriel, disisi lain bersimbiosa muncul orang-orang yang merasa bahwa mereka bisa sewaktu-waktu mendapat uang karena di luar sana ada cukong yang mau meng-order mereka.

“Orang normal bisa dengan mudah menjadi orang jahat, dan orang jahat sering terlihat sebagai orang normal,” jelas Reza Indragiri Amriel.

Selain itu, dikatakan Reza Indragiri Amriel, faktor struktural dan kultural terbukti positif untuk memprediksi pembunuhan berseri. Struktural adalah kepadatan populasi, yaitu wilayah yang luas, perkotaan, dan berpenghuni padat.

Baca juga:   Terkait Soal Fahri Hamzah, Massa Kembali Datangi Kantor Gubernur Sulut

Hal itu merupakan area ideal bagi kondisi anonim, menyediakan banyak korban, dan orang yang rapuh sebagai calon eksekutor. Sedangkan kultural adalah nilai-nilai yang menoleransi kekerasan.

“Semoga kepolisian mengusut serius dan tuntas unggahan iklan di Twitter tersebut. Jangan sampai kian nyata hasil studi Economist The Intelligence Unit, bahwa Jakarta adalah kota yang paling tidak aman,” tandas Reza Indrgiri Amriel.

Sementara itu, menurut pantauan harianpijar.com pada Minggu 30 April 2017, untuk saat ini akun Twitter Nathan P Suwanto, @NathanSuwanto, sudah tidak bisa ditemukan atau diakses lagi.

Twitter-Nathan-Suwanto

SUMBERJPNN

TINGGALKAN KOMENTAR

Masukkan komentar Anda!
Masukkan nama Anda disini