JAKARTA, harianpijar.com – Nenek Sidup (80) warga Jalan Kemuning, RT 05 RW 07 Pejaten Timur, Jakarta Selatan, karena mendukung calon gubernur dengan nomor urut dua Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), mendapat ancaman dan diskriminasi. Lain itu, Ketua RW 07, Pejaten Timur, Jakarta Selatan, Khairulloh membantah adanya ancaman dan tindak diskriminasi terhadap nenek Sidup (80), itu berita-berita adanya ancaman tersebut hoax (bohong).
Menurut Ketua RW.07 Pejaten Timur Khairulloh, pihaknya tidak memasakan siapa yang akan dipilih. Lain itu, pihaknya juga tidak melakukan kegiatan atas nama politik.
“Kita tidak memaksakan siapa yang akan dipilih. Kita juga tidak melakukan kegiatan atas nama politik. Kita hanya tidak ingin masyarakat kita diadu domba,” kata Khairulloh saat ditemui, Jumat 7 April 2017 kemarin.
Lebih lanjut, Khairulloh menjelaskan, warga justru menilai bahwa nenek Sidup (80) adalah orang tua yang seharusnya dijaga. Menurutnya, jika memang ada tindak diskriminasi, untuk apa aparat RT dan RW berusaha mencarikan tempat tinggal untuk nenek Sidup (80) yang sebelumnya adalah tuna wisma.
“Kita enggak pernah melihat dia (nenek Sidup) dukung siapa, kita cuma lihat dia adalah warga kita, jadi kita harus jaga. Kalau emang ada diskriminasi, buat apa juga kita sediakan tempat tinggal buat dia (Sidup),” jelas Khairulloh.
Sementara, nenek Sidup (80) saat dikunjungi untuk dimintai klarifikasi, dirinya mengaku tidak mendapatkan tindak kekerasan apapun baik dari warga ataupun FPI yang sebelumnya diduga sebagai pelaku kekerasan verbal kepada nenek Sidup.
Selain itu, dikatakan Khairlloh, terkait dugaan adanya penekanan yang didapat nenek Sidup (80), dirinya membantahnya. Menurut, Khairulloh warga dan aparat tidak pernah melakukan penekanan apapun, sebaliknya aparat sengaja menempatkan nenek Sidup (80) di dekat pos remaja karang taruna agar keselamatan dan keamanan nenek Sidup (80) dapat terjamin.
Sementara, juga ditegaskan Khairulloh, dirinya telah membuat pernyataan ke Polsek Pasar Minggu yang sebelumnya telah menerima laporan dugaan tindak diskriminasi yang diduga dikirim oleh tim sukses Ahok-Djarot.
Sedangkan, dikatakan Khairulloh, dirinya beserta jajaran aparat lain sempat berkumpul bersama kepolisian Polsek Pasar Minggu di Kelurahan Pejaten Timur untuk memberikan klarifikasi. Dirinya mengatakan seluruh kesalahpahaman ini telah selesai dengan damai.
Namun Khairulloh mengaku belum sempat bertemu langsung dengan tim sukses Ahok-Djarot yang diduga sebagai pelapor dugaan diskriminasi terhadap nenek Sidup (80).
Selain itu, Khairulloh juga mempertanyakan maksud kedatangan CagubBasuki Tjahaja Purnama (Ahok) ke rumah nenek Sidup (80). Karena, menurutnya, kunjungan calon gubernur DKI Jakarta dengan nomor urut dua Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tidak diketahui dan tidak disertai izin dari dirinya ataupun Lurah Pejaten Timur.
“Kalau dia (Ahok-red) harusnya, kalau emang mau kunjungan, bisa izin dulu, seenggaknya ke lurah, supaya kita sama-sama tahu,” kata Khairulloh.
Sebelumnya diketahui, kedatangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) beserta tim suksesnya diduga karena mendapatkan informasi tentang tindak diskriminasi yang diterima nenek Sidup (80) dari warga dan ormas Islam, FPI.
Sementara, dugaan ancaman yang diterima nenek Sidup (80) itu juga sempat menjadi perhatian di dunia maya, disebut-sebut, nenek Sidup (80) mendapat ancaman dari anggota Front Pembela Islam (FPI) karena mendukung Ahok, bahkan listrik dan saluran air di rumah nenek Sidup (80) dipadamkan dan dihentikan.