JAKARTA, harianpijar.com – Calon gubernur DKI Jakarta dengan nomor urut dua Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengaku mengambil banyak pelajaran dari kasus dugaan penodaan agama yang menjerat dirinya. Lain itu, dirinya berkali-kali membantah sengaja menyinggung soal surat Al-Maidah ayat 51 waktu berkunjung ke Kepulauan Seribu.
Menurut Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), dirinya merasa lelah harus mengikuti sidang tiap minggunya. Belum lagi dirnya disibukan dengan agenda kampanye. Namun, diharapkan dirinya masih dipercaya memimpin Jakarta periode 2017-2022.
“Tapi ya sudah, peristiwa ini baik. Mudah-mudahan Tuhan kasih kita amanah lanjut,” kata Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di Kantor Pusat Gerakan Pemuda (GP) Ansor, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Jumat 7 April 2017.
Lebih lanjut, ditegaskan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), dirinya berjanji akan memperbaiki hubungan antara pemerintah dengan pengurus Nahdlatul Ulama (NU). Karena, dirinya menilai selama ini NU kurang dilibatkan dalam menjaga kesatuan NKRI.
“Pemerintah tak semua hal melibatkan NU, kita mulai sadar ini harus kita perbaiki,” tegas Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Selain itu, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) juga mengungkapkan, pemerintah dan NU harus sama-sama menolak kelompok Islam yang radikal. Sementara, NU dinilai tepat untuk menangkal itu dengan membangun Islam rahmatan lil alamin.
Selanjutnya, dikatakan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), melihat situasi politik saat ini, dirinya merasa selalu menjadi korban sasaran ungkapan kata-kata kasar. Sementara dirinya dipaksa untuk berkata santun.
“Kami akan perbaiki hubungan dengan kelompok NU, ciptakan Islam yang rahmatan lil alamin, jangan mau lagi dikadalin, kita dipaksa santun, mereka enggak. Saya kira semua sudah belajar,” kata mantan Bupati Belitung Timur itu.
Sedangkan, ditegaskan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), dirinya juga mendorong supaya Barisan Ansor Serbanguna (Banser) lebih dikerahkan lagi. “Ini Banser kalau ada 2000-3000 harus muncul supaya kelihatan. Yang penting orangnya ada, baju (seragam) tuh gampang,” tandas Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).