SURABAYA, harianpijar.com – CEO Jawa Pos Grup yang juga merupakan Tokoh Pers Nasional Dahlan Iskan menegaskan bahwa dirinya tidak pernah melakukan pencemaran nama baik pers. Walupun telah berulang kali menyandang predikat tersangka yang ditetapkan oleh Kejaksaan untuk berbagai masalah hukum.
“Tidak ada aroma uang dalam sejumlah perkara yang ditersangkakan kepada saya karena sejak awal saya telah berkomitmen untuk tidak mencemarkan dunia pers yang saya geluti sejak awal karier hidup saya,” kata Dahlan Iskan, Sabtu 18 Februari 2017 kemarin, saat menerima rombongan pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Timur yang diketuai Drs Akhmad Munir untuk bersilaturahim di kediamannya di Surabaya.
Lebih lanjut, dikatakan Dahlan Iskan, ketika memulai karir di pemerintahan sebagai Dirut PT PLN, terlebih dulu bersilaturahim kepada tokoh pers Jacob Oetama. Lain itu, dirinya juga berkomitmen untuk tidak melakukan perbuatan yang dapat dikategorikan mencemarkan nama baik dunia pers.
“Karena itu pula pada saat saya pertama kali ditetapkan sebagai tersangka, saya kembali ‘sowan’ kepada Pak Jacob Oetama dan menyatakan bahwa penetapan saya sebagai tersangka sama sekali tidak ada kaitannya dengan uang,” tegas Dahlan Iskan yang juga merupakan tokoh pers nasional itu.
Selanjutnya, Dahlan Iskan juga menjelaskan, tidak ada satu rupiah pun dana mengalir ke dirinya. Namun, sebaliknya tidak terhitung dana dari dirinya yang dialirkan ke pihak lain. Lain itu, dirinya juga berterima kasih atas kunjungan ini, yang dapat memberikan semangat dirinya dalam menghadapi cobaan hidup.
“Terima kasih atas kunjungan pengurus PWI Jatim yang dapat memberikan semangat dalam menghadapi berbagai cobaan hidup,” tandas mantan Menteri BUMN itu.
Sementara, menurut pengurus PWI Jatim Akhmad Munir, bahwa anjangsana kepada para senior merupakan salah satu agenda dalam rangkaian memperingati Hari Pers Nasional (HPN) tingkat Jatim. Karena itu, selain tokoh pers nasional Dahlan Iskan, wartawan senior Jatim lainnya yang dikunjungi adalah Hadiaman Santoso (mantan wartawan Suara Pembaruan dan Surya), Amak Syarifudin (mantan Suara Pembaruan), Prof Dr Sam Abede Pareno (mantan wartawan Suara Indonesia) dan Yudi Effendi (RRI Surabaya).
Di antara para senior tersebut, hanya Amak Syarifudin yang masih aktif menulis sebagai kolumnis meski usianya telah menginjak 86 tahun. “Kecintaan saya pada profesi wartawan tidak pernah pudar dan saya akan tetap menulis sampai kapan pun,” kata Amak Syarifudin.