Menlu Indonesia Menilai Kebijakan Donald Trump Masih Akan Berubah

Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi, kebijakan sifatnya statis tapi dia masih akan berubah, tergantung kepentingan Amerika.

JAKARTA, harianpijar.com – Kementerian Luar Negeri mengatakan Indonesia tidak perlu panik terhadap kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Meski pun janji kampanye Donald Trump mulai diimplementasikan, sifatnya masih cair.

Lain itu, saat Donald Trump sudah dilantik dan mengikuti janji-janji kampanyenya, mungkin kita sudah punya prediksi, janji kampanye untuk lihat implementasinya.

Menurut Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi, meski sekarang beberapa janji kampanyenya sudah diimplementasikan, tapi sekali lagi perjalanan administrasi, atau satu kebijakan sifatnya statis tapi dia masih akan berubah, tergantung kepentingan Amerika.

Lebih lanjut, Retno LP Marsudi juga menyebut,  jargon Donald Trump tentang ‘America First’ atau menempatkan Amerika menjadi yang utama akan mempengaruhi arah kebijakan negara adidaya tersebut. Karena itu, dirinya menganalisis kerja sama ekonomi Amerika yang bakal ditinjau pertama kali.

“Kalimat itu harus dapat kita pahami dan kebijakan apa yang akan dilakukan Amerika baik kepada kawasan atau Indonesia. Memang yang pertama kali adalah mengenai masalah ekonomi, kerja sama ekonomi yang akan direvisi,” kata Retno LP Marsudi saat rapat kerja dengan Komisi I DPR, Selasa 14 Februari 2017.

Selanjutnya, Retno LP Marsudi juga menyoroti salah satu kebijakan ekonomi Donald Trump adalah tidak akan meneruskan atau ikut meratifikasi Trans Pacific Partnership (TPP). Karena menurut analisisnya, hubungan dagang dengan negara lain yang berpotensi merugikan Amerika akan dipertimbangkan ulang.

Lain itu, kesepakatan atau hubungan dagang Amerika dengan negara lain, dengan membaca America First, kita akan mendalami di bagian mana Amerika mengalami defisit dalam perjalanan perdagangan bilateralnya. “Semakin banyak defisit Amerika, pertama kesepakatan itu akan direvisi,” ucap Retno LP Marsudi.

Baca juga:   Kepala BKPM: Presiden Jokowi Kembali Undang Donald Trump ke Indonesia

Dicontohkan Retno LP Marsudi, hubungan dagang Amerika dengan TPP 11 total perdagangan mencapai USD 1,36 triliun dengan defisit USD 157 juta. Untuk itu, dirinya menganalisis administrasi TPP menjadi hal pertama yang dikaji ulang oleh Donald Trump.

“Kita berusaha memahami salah satu yang pertama yang disentuh oleh administrasi Donald Trump. Amerika dengan TPP 9, mengeluarkan Kanada dan Meksiko partner paling besar, jumlah Amerika dengan TPP 9 USD 377 juta dengan defisit USD 90 juta. Faktor Kanada dan Meksiko menjadi sangat signifikan,” jelasnya.

Sementara, Amerika kembali mengalami defisit ketika melihat kerja sama North American Free Trade Agreement (NAFTA). Hal serupa juga saat kerja sama Amerika dengan China.

“Ketiga Tiongkok. Kita juga meng-observe perdagangan dengan Tiongkok-Amerika besarnya USD 528 juta. Dan Amerika mengalami defisit sebesar USD 319 juta. Jadi defisitnya lumayan banyak dengan Tiongkok,” kata Retno LP Marsudi.

Sedangkan, untuk Indonesia Retno LP Marsudi menjelaskan, kerja sama Amerika dengan Indonesia tidak membuat Amerika mengalami defisit. Karena itu, posisi Indonesia relatif aman.

“Amerika tidak mengalami defisit yang cukup besar. Artinya, dari segi ekonomi, ASEAN dan Indonesia mungkin katakanlah kita di area yang tidak disentuh pertama hitungannya dari America First dan sebagainya dan sebagainya,” jelas Menteri Luar Negeri itu.

Lain itu, juga ditegaskan Retno LP Marsudi, posisi ASEAN menjadi diuntungkan. Sebagai jalur perdagangan kawasan Laut China Selatan dan Laut China Timur mengambil posisi penting di ASEAN dan harus diamankan.

Baca juga:   Menteri Luar Negeri Akan Resmikan Sekolah Indonesia di Wilayah Etnis Rohingya

“Kalau lihat kawasan Asia Timur kemudian ASEAN kita lihat suka atau tidak suka stabilitas dan keamanan kawasan akan terwujud karena ada kontribusi ASEAN. Dalam hal ini ASEAN telah memberikan kontribusi bagi terciptanya keamanan dan perdamaian di kawasan ASEAN, Asia Timur, dan sedikit Asia Selatan,” tegas Retno LP Marsudi.

“Apakah ASEAN akan tetap memerankan diri sebagai stabilisator atau aktor yang dapat memberikan kontribusi pada stabilitas keamanan kuncinya adalah unity and centrality of ASEAN,” lanjut Retno LP Marsudi.

Selain itu, Retno LP Marsudi juga ingin menjadikan ASEAN sebagai magnet bagi pihak-pihak untuk bersinergi menjaga keamanan, perdamaian, dan stabilitas di ASEAN. Untuk itu, diperlukan kesatuan ASEAN demi menjaga kontributor perdamaian kawasan.

“Treaty of Amity and Cooperation (TAC) kami kemarin mencoba melakukan exercise dengan Dirjen ASEAN, sangat strategis pihak lain memberikan atau ikut TAC ini dengan satu komitmen ikut menjaga perdamaian dan keamanan,” katanya. .

Sementara, juga menurut Retno LP Marsudi, pihaknya sedang menggodok sebuah pertemuan antar pejabat tinggi di ASEAN. Indonesia, perlu mengambil sikap sebagai inisiator membahas perdamaian, keamanan, dan stabilitas di kawasan.

“Karenanya kita sedang berpikir dan coba kita godok untuk jual di ASEAN. Saya kira sudah waktunya bagi kita mengadakan pertemuan high contracting parties, bicara keamanan dan stabilitas di kawasan. Saya pikir dengan tantangan saat ini it’s right time perlu Indonesia menjadi inisiator dalam TAC membahas perdamaian, keamanan, dan stabilitas di kawasan,” tandas Menteri Luar Negeri RI itu.

 

SUMBERdetik.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Masukkan komentar Anda!
Masukkan nama Anda disini